
Pantau.com - Restoran cepat saji sering jadi tempat nongkrong anak muda untuk sekadar berkumpul dengan teman-teman, mengerjakan tugas, atau bahkan duduk sendiri menikmati waktu.
Kalau sudah begitu, tentu tidak mungkin kalau tidak memesan salah satu makanan cepat saji yang ditawarkan restoran. Apalagi dengan kemampuan teknologi saat ini, dengan memanfaatkan fasilitas pada aplikasi ojek online, kita tak perlu harus pergi ke restoran untuk memesan makanan tersebut.
Tapi sebaiknya perlu diperhatikan untuk tidak terlalu sering menyantap makanan cepat saji. Sebab penelitian terbaru menunjukkan bahwa makanan cepat saji disebut menjadi penyebab dari depresi pada anak remaja.
Makan cepat saji sendiri diartikan sebagai makanan alternatif yang cepat ketimbang makanan rumahan, mudah diakses dan memiliki harga yang relatif murah, menurut National Institutes of Health (NIH).
Baca juga: 5 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Saat Sedang Sakit
Makanan cepat saji cenderung tinggi lemak jenuh, gula, garam dan kalori. Bisa berupa menu cepat saji dari gerai cepat saji, makanan olahan, makanan beku, serta makan ringan.
Namun, rasanya yang gurih dan dianggap enak oleh banyak kalangan, di samping sangat mudah disajikan, membuat makanan ini menjadi pilihan di tengah kesibukan sehari-hari.
Sayangnya studi dari University of Alabama, Amerika Serikat menyimpulkan, jika terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji identik dengan pola makan nabati yang rendah. Pola makan tak seimbang dalam waktu lama ditemukan berkaitan dengan meningkatnya risiko depresi.
Hasil studi ini didapat setelah peneliti menganalisis urine siswa sekolah menengah dan dihubungkan dengan tanda serta gejala depresi. Dalam urine siswa yang memiliki gejala depresi, ditemukan kadar natrium yang tinggi dan kadar kalium yang rendah.
"Natrium yang tinggi terdapat dalam banyak makanan yang melewati banyak proses pengolahan, termasuk makanan cepat saji, makanan beku, dan makanan ringan yang tidak sehat," kata peneliti Sylvie Mrug, dikutip dari CNN.
Baca juga: Sering Main Ponsel Saat BAB? Awas Bisa Berisiko Terkena Wasir!
Sedangkan rendahnya jumlah kalium merupakan indikasi dari pola makan rendah sayuran dan buah, seperti bayam, tomat, kacang-kacangan, jeruk, alpukat, dan yogurt.
Kadar natrium yang tinggi dan kalium yang rendah ini dikaitkan dengan muncul tanda-tanda depresi hingga satu setengah tahun ke depan. Hasil ini tetap kuat bahkan setelah peneliti menyesuaikan dengan variabel lain seperti tekanan darah, berat badan, usia, dan jenis kelamin. Artinya, pengaruh efek makanan cepat saji terhadap depresi tetap kuat tak bergantung bagaimana kondisi tubuh.
Seorang ahli nutrisi Lisa Drayer menilai penelitian tersebut masuk akal karena makanan kaya kalium merupakan makanan sehat.
"Jadi, jika remaja mengonsumsi lebih banyak makanan kaya kalium, mereka akan memiliki lebih banyak energi dan merasa lebih baik secara keseluruhan, yang dapat mengarah pada kesejahteraan yang lebih baik dan peningkatan kesehatan mental," katanya.
- Penulis :
- Lilis Varwati