Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Terdesak Pelemahan Rupiah: Gubernur BI: Jangan Lihat Kalau Rp15.000 Sudah Kiamat

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Terdesak Pelemahan Rupiah: Gubernur BI: Jangan Lihat Kalau Rp15.000 Sudah Kiamat

Pantau.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS bukan merupakan hal yang mengkhawatirkan karena juga dialami oleh mata uang negara-negara berkembang lain.

"Jangan kita lihat kalau Rp15.000 sudah kiamat. Kita bandingkan dulu dengan semua negara yang mengalami tekanan depresiasi," ujar Perry saat mengisi seminar di Jakarta, Rabu (3/10/2018).

Perry mengingatkan fenomena pelemahan mata uang ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun juga negara-negara berkembang lainnya.

Baca juga: Jual Barang Impor, Penguatan Dolar Berimbas ke Penyewa Ritel

Hal tersebut terlihat dari depresiasi mata uang yang terjadi di negara-negara seperti Turki, Brasil, Afrika Selatan, India dan Filipina yang memiliki kondisi perekonomian sama seperti Indonesia.

"Tingkat pelemahan rupiah sejak akhir Desember 2017 sampai sekarang 9,82 persen, bandingkan dengan Turki 37,7 persen, Brasil 17,6 persen, Afrika Selatan 13,8 persen dan India 12,4 persen," ujarnya.

Untuk itu, ia menegaskan pelemahan mata uang merupakan fenomena global yang terjadi karena respon pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS serta potensi terjadinya perang dagang.

Perry memastikan salah satu upaya jangka menengah panjang yang bisa dilakukan untuk menahan pelemahan rupiah adalah dengan memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan.

Baca juga: Dolar Naik, Pembelian Laptop Sejak September Sudah Lesu

Perbaikan neraca transaksi berjalan yang mengalami defisit tidak terlalu crusial dalam keadaan ekonomi normal, namun menjadi mendesak dalam keadaan penuh gejolak.

"Ini yang membuat kita tidak bisa dibandingkan dengan Thailand, karena mereka mempunyai surplus neraca transaksi berjalan hingga 54 miliar dolar AS, sehingga mata uangnya relatif stabil," ujarnya.

Perry meyakini perbaikan defisit neraca transaksi berjalan ini dapat membuahkan hasil dan membantu menekan pergerakan rupiah terhadap dolar AS pada 2019.

Penulis :
Nani Suherni