
Pantau - Bank Indonesia (BI) optimistis target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen sesuai asumsi makro RAPBN 2026 dapat tercapai melalui sinergi kebijakan fiskal pemerintah dan kebijakan moneter bank sentral.
Proyeksi Pertumbuhan dan Dukungan Kebijakan
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan komitmen penuh dalam mendorong pertumbuhan.
" Kami all out. Dengan inflasi yang rendah, semua kebijakan kami adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 berada di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dengan target 5,4 persen dinilai realistis berkat program pemerintah yang mendorong sektor riil.
Dengan tren penurunan suku bunga acuan (BI-Rate), pertumbuhan ekonomi 2025 diproyeksikan mencapai 5,3 persen.
Perry menjelaskan, "Tentu saja dengan didukung ekspor dan juga peningkatan sektor-sektor di dalam negeri, baik untuk perdagangan, transportasi, maupun jasa, juga industri makanan-minuman maupun juga sektor-sektor lain dengan semakin meningkatnya kegiatan ekonomi kita."
Pada triwulan II 2025, ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen (yoy), meningkat dibanding triwulan I 2025 sebesar 4,87 persen (yoy).
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 dapat mencapai 5,1 persen, lebih tinggi dari titik tengah kisaran 4,6–5,4 persen.
Inflasi Terkendali dan Stabilitas Rupiah
Perry menegaskan komitmen BI untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan dengan inflasi rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2025 mencatat deflasi 0,08 persen (mtm), sehingga inflasi tahunan turun menjadi 2,31 persen (yoy), tetap dalam target 2,5±1 persen atau kisaran 1,5–3,5 persen.
Nilai tukar rupiah juga stabil dengan kecenderungan menguat, sempat menyentuh Rp16.500 per dolar AS pada 29 Agustus 2025 sebelum kembali ke sekitar Rp16.400 per dolar AS pada 1 September 2025.
Pada 2 September 2025, rupiah menguat 5 poin (0,03 persen) menjadi Rp16.414 per dolar AS dari Rp16.419 per dolar AS.
BI terus melakukan langkah stabilisasi melalui intervensi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar off-shore, transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
"BI menjaga stabilitas nilai tukar, stabilitas moneter, serta pasar keuangan," tegas Perry.
Ia menambahkan likuiditas telah ditingkatkan, kondisi pasar keuangan terjaga, dan stabilitas sistem keuangan tetap kuat berkat koordinasi erat dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
- Penulis :
- Shila Glorya








