
Pantau - Kekurangan rumah di Jakarta masih menjadi persoalan serius, dengan backlog perumahan mencapai 1,38 juta unit menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), mendorong usulan pembangunan hunian vertikal sebagai solusi utama.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Bun Joi Phiau, menekankan bahwa Jakarta mengalami defisit rumah yang signifikan bagi warganya.
"Jakarta masih kekurangan rumah untuk ditinggali oleh penduduknya," ujarnya.
Hunian Vertikal Jadi Jawaban Atas Keterbatasan Lahan
Menurut Bun Joi, pembangunan hunian vertikal menjadi langkah yang tak terhindarkan mengingat terbatasnya lahan di ibu kota.
"Alasan keterbatasan lahan dan keperluan untuk menampung jumlah penduduk yang banyak, mau tidak mau, ke depannya harus dilakukan pembangunan hunian vertikal," katanya.
Ia juga mengusulkan penerapan konsep Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV) sebagai salah satu solusi teknis dalam pembangunan kawasan padat.
KTV dilakukan dengan menyatukan tanah milik warga untuk kemudian dijadikan lokasi pembangunan hunian vertikal.
"Jadi, di kawasan padat penduduk, tanah para warga disatukan untuk membangun hunian vertikal bagi mereka dan bisa menampung warga lainnya yang ingin pindah ke sana," ungkap Bun Joi.
Program Bedah Rumah dan Kendala Anggaran
Selain fokus pada pembangunan vertikal, Bun Joi juga menyoroti perlunya penyediaan hunian layak bagi warga kurang mampu melalui program bedah rumah.
"Pada dasarnya, Pemprov DKI harus bisa mewujudkan hunian layak bagi warganya. Masalahnya, kita bahkan tidak punya anggaran untuk melakukan bedah rumah. Kondisi ini sangatlah memprihatinkan," katanya.
Ia menegaskan bahwa pemenuhan hak dasar berupa tempat tinggal yang layak harus menjadi prioritas pemerintah daerah, terutama di tengah lonjakan kebutuhan perumahan yang terus meningkat setiap tahun.
- Penulis :
- Gerry Eka







