
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa pemerintahannya belum memutuskan untuk melancarkan serangan darat terhadap Venezuela, sekaligus membantah laporan media yang menyebut adanya rencana serangan ke fasilitas militer negara tersebut.
"Tidak, itu tidak benar," ujarnya saat berbicara kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, Jumat, 31 Oktober 2025.
Laporan Serangan Dibantah, Ketegangan Masih Tinggi
Sebelumnya, media Miami Herald melaporkan bahwa pemerintahan Trump telah memutuskan untuk melakukan serangan militer terhadap instalasi di Venezuela, bahkan menyebut kemungkinan serangan akan terjadi "dalam hitungan hari atau bahkan jam".
Namun pernyataan resmi Trump membantah laporan tersebut.
Meski begitu, operasi militer AS di kawasan tetap berlangsung intensif.
Sejak 2 September 2025, militer AS telah menenggelamkan 15 kapal di perairan internasional Karibia dan Pasifik timur yang diduga terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba.
Akibat operasi tersebut, setidaknya 61 orang tewas.
Dalam taklimat rahasia kepada panel di Dewan Perwakilan Rakyat AS pada 30 Oktober 2025, pejabat Pentagon mengakui bahwa mereka tidak mengetahui secara pasti semua identitas korban dari operasi itu.
Tekanan Politik dan Respons Regional
Dalam beberapa pekan terakhir, penguatan militer AS di wilayah Karibia tercatat mencapai tingkat tertinggi dalam tiga dekade terakhir.
Senat AS pun merespons dengan merencanakan voting resolusi kekuatan perang yang bertujuan untuk mencegah keterlibatan militer AS dalam konflik langsung dengan Venezuela.
Voting ini dijadwalkan berlangsung paling cepat pekan depan, hanya beberapa minggu setelah upaya serupa sebelumnya gagal di Senat.
"Pemerintahan Trump telah dengan jelas menyatakan bahwa mereka mungkin akan melancarkan aksi militer di dalam perbatasan Venezuela, dan tidak akan berhenti pada serangan kapal di Karibia," demikian pernyataan dari salah satu anggota legislatif.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, telah berulang kali mengecam tindakan AS yang dianggap sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintahannya serta memperluas pengaruh militer di Amerika Latin.
Sementara itu, Presiden Kolombia Gustavo Petro juga ikut menyoroti aksi militer AS.
Pada awal Oktober 2025, Petro menuduh Amerika Serikat melakukan pembunuhan karena menenggelamkan kapal dan menghilangkan nyawa tersangka kriminal narkoba di laut.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf









