
Pantau - Serikat produsen pertanian Eropa COPA-COGECA mengecam keras perjanjian perdagangan antara Uni Eropa dan blok negara-negara Amerika Selatan, Mercosur, dengan menyebutnya sebagai bentuk pengkhianatan terhadap petani, pekerja, dan konsumen di Eropa.
Kekhawatiran atas Standar Produksi dan Dampak Lingkungan
Perjanjian UE-Mercosur dinilai membuka jalan bagi impor bebas bea sejumlah komoditas seperti beras, unggas, daging sapi, gula, jagung, dan etanol yang diproduksi tanpa mengikuti standar ketat seperti yang diterapkan di Uni Eropa.
COPA-COGECA menyebut kondisi ini berpotensi menimbulkan praktik dumping lingkungan dan sosial, karena produsen Mercosur tidak tunduk pada regulasi terkait ketenagakerjaan, deforestasi, pestisida, pengelolaan lahan, dan emisi karbon sebagaimana petani di Eropa.
Lebih dari 30 zat aktif yang digunakan pada produksi tebu di Brasil diketahui dilarang dalam budidaya bit gula di Uni Eropa.
Selain itu, 52 persen zat kimia yang digunakan dalam pertanian jagung di negara-negara Mercosur juga tidak terdaftar atau diizinkan di wilayah Uni Eropa.
Protes Petani dan Tekanan Ekonomi
Tekanan ekonomi terhadap sektor pertanian Eropa disebut semakin terasa, dengan sepertiga dari total impor unggas di UE kini berasal dari negara-negara Mercosur.
Volume impor daging sapi, gula, jagung, madu, dan etanol juga terus mengalami peningkatan secara signifikan.
Kekhawatiran ini turut memicu gelombang protes petani pada tahun 2024 di berbagai negara Uni Eropa, yang menentang masuknya impor murah dari negara dengan standar sanitasi dan lingkungan yang lebih rendah.
Para petani memperingatkan bahwa perjanjian ini akan menurunkan daya saing produk lokal akibat persaingan tidak sehat di pasar Eropa.
Puncak kontroversi terjadi setelah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menandatangani kesepakatan politik dengan negara-negara Mercosur di Uruguay pada Desember 2024, meskipun sejumlah negara seperti Prancis secara terbuka menyatakan penolakan.
Komisi Eropa secara resmi mengusulkan ratifikasi perjanjian tersebut pada 3 September 2025 bersama kesepakatan serupa dengan Meksiko.
Kesepakatan ini akan menciptakan kawasan perdagangan bebas terbesar dunia dengan lebih dari 700 juta konsumen di dua benua.
- Penulis :
- Aditya Yohan








