Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Macron Ogah Angkat Perdana Menteri Baru dan Ubah Pemerintahan hingga Agustus 2024

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Macron Ogah Angkat Perdana Menteri Baru dan Ubah Pemerintahan hingga Agustus 2024
Foto: Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam wawancara yang disiarkan langsung di stasiun TV Prancis, France 2, pada SElasa (23/7/2024). (Getty)

Pantau - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan keengganannya mengangkat perdana menteri baru dan mengubah pemerintahan setidaknya hingga pertengahan Agustus 2024.

"Pemerintah sedang menyiapkan Olimpiade, dan tanggung jawab kami adalah memastikan semuanya berjalan lancar. Saya memilih stabilitas, pemerintah sekarang akan terus menangani masalah-masalah saat ini. Kami akan fokus pada Olimpiade hingga pertengahan Agustus mendatang," ungkap Macron dalam wawancara dengan France 2, dikutip Rabu (24/7/2024).

Macron menilai, perubahan perdana menteri dan pengangkatan pemerintah baru sekarang akan menciptakan "kekacauan:. Macron juga meminta partai politik untuk mencari kompromi di parlemen negara itu dalam ketiadaan mayoritas absolut.

"Rakyat Prancis, dengan memilih, memberikan tanggung jawab kepada kekuatan yang memenangkan putaran kedua pemilu untuk bekerja sama," katanya.

"Tanggung jawab partai adalah melakukan apa yang dilakukan semua demokrasi: belajar untuk berkompromi; jika tidak, mereka akan mengecewakan rakyat Prancis. Saya meminta mereka untuk bekerja sama," kata Macron.

Presiden Prancis  itu menambahkan bahwa perlu untuk "mendengar dan menghormati" pendapat 11 juta rakyat Prancis yang memilih partai sayap kanan National Rally dan membawanya pada kemenangan di putaran pertama pemilihan parlemen.

Pada saat yang sama, Macron mengatakan bahwa "rakyat Prancis memilih untuk tidak mempercayakan kekuasaan kepada National Rally."

Macron menambahkan bahwa "tidak baik" bahwa partai Marine Le Pen tidak akan diwakili di Majelis Nasional, majelis rendah parlemen negara itu, karena wakil yang terpilih adalah "sah berdasarkan hukum."

Dia menegaskan kembali bahwa koalisi presiden mengalami kekalahan dalam pemilu, dan menambahkan bahwa "tidak ada yang memenangkannya" dan bahwa "salah untuk berpikir" bahwa aliansi kiri New Popular Front memiliki mayoritas.

Menurut Macron, tidak ada faksi yang dapat melaksanakan programnya.

"Salah untuk mengatakan bahwa New Popular Front memiliki mayoritas. Pertanyaannya bukan pada nama (perdana menteri). Pertanyaannya adalah jenis mayoritas apa yang dapat muncul di Majelis Nasional sehingga pemerintah Prancis dapat melaksanakan reformasi, mengesahkan anggaran dan mendorong negara melangkah maju," tambah presiden.

Sebelumnya pada Selasa (23/7/2024), New Popular Front sepakat untuk mengusulkan Lucie Castets, seorang pejabat keuangan utama di kantor Walikota Paris, sebagai pilihan mereka untuk posisi perdana menteri.

Hasil pemilihan parlemen terbaru meninggalkan Prancis dalam situasi parlemen yang menggantung, tanpa partai yang memegang mayoritas.

Front Popular Baru, sebuah aliansi luas yang mencakup France Unbowed, Sosialis, Hijau, dan Komunis, keluar sebagai pemenang dalam putaran kedua, merebut 182 kursi.

Ensemble yang diketuai Presiden Macron berada di urutan kedua dengan 161 kursi, sementara National Rally milik Marine Le Pen memenangi 142 kursi.

Sumber: Sputnik-OANA

Penulis :
Khalied Malvino