
Pantau.com - Korea Utara menyerukan Amerika Serikat untuk menarik 'permusuhan politik' terhadap Pyongyang atau perjanjian yang dibuat pada KTT pertama di Singapura tahun lalu yang mungkin menjadi 'selembar kertas kosong', kata media resmi pemerintah KCNA, Selasa, 11 Juni 2019.
Pernyataan itu datang usai peringatan serupa pekan lalu, yang mencerminkan kebuntuan sejak KTT kedua antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam, yang dikatakan telah runtuh, seperti dilansir Reuters, Rabu (12/6/2019).
KTT di Hanoi itu meruntuhkan tuntutan Amerika atas denuklirisasi Korea Utara dan tuntutan Korea Utara terhadap upaya penangguhan sanksi.
Baca juga: Korut: Menyerah Pada Uji Coba Nuklir Berarti Menyerah Hak Bela Diri
"Kebijakan AS yang sombong dan sepihak tidak akan pernah bekerja di DPRK, yang menghargai kedaulatan," kata KCNA. Sebagai informasi, nama resmi Korea Utara adalah Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).
Laporan itu juga mengatakan empat poin pernyataan yang ditandatangani Trump dan Kim pada 12 Juni tahun lalu, di mana keduanya berjanji untuk bekerja menuju hubungan baru yang diartikan sebagai 'berada dalam bahaya' di mana perjanjian tersebut menjadi 'selembar kertas kosong' karena AS menutup mata terhadap pelaksanannya.
"Sekarang adalah waktu bagi AS untuk menarik kebijakan permusuhan terhadap DPRK," tambahnya.
Baca juga: Korea Utara Sebut Penasihat Keamanan AS John Bolton Fanatik Perang
Sementara itu, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan pada Senin, 10 Juni 2019, ia percaya pembicaraan antara Korea Utara dan Selatan dan antara Utara dan Amerika Serikat akan segera dilanjutkan.
Ia mengatakan hal itu selama kunjungannya ke Finlandia, dan menyatakan bahwa pembicaraan tengah berlangsung untuk KTT ketiga antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
"Jadi saya tidak berpikir situasi itu membutuhkan negara ketiga," kata Moon Jae-in.
- Penulis :
- Noor Pratiwi