Pantau.com - Banyak orang tua jadi resah pasca viral permainan platform Roblox. Pasalnya game ini bisa membuat si kecil mengakses konten dewasa.
Roblox sendiri merupakan platform permainan online, yang ramai dimainkan anak-anak sejak 2019 lalu. Apalagi semenjak COVID-19, anak-anak jadi semakin melekat dengan gadget.Banyak game online di dalam platform ini dianggap anak-anak lebih menantang, karena memberi kesempatan pada penggunanya untuk membuat game sendiri. Misalnya, anak-anak bisa membuat simulasi memelihara hewan hingga membuat sebuah pesta yang sangat meriah.
Roblox memberi kesempatan pada anak-anak yang memainkannya untuk mewujudkan imajinasi mereka. Bahkan, ada yang bisa menghasilkan uang dari Roblox ini.
Namun, perkembangan permainan ini bisa membawa dampak negatif. Salah satunya, banyak anak-anak yang ketagihan dan meminta dibelikan voucher untuk terus bisa memainkannya.
Anak akan terdorong untuk memborong voucher, demi membeli item atau tools yang ditawarkan game tersebut. Dikhawatirkan, anak-anak semakin kecanduan dan bisa membuat mereka nekat untuk melakukannya secara sembunyi-sembunyi di belakang orang tua.
Terbaru banyak orang tua melaporkan dalam game Roblox ada unsur pornografi.
Ada baiknya para orang tua terus mawas dan mengawasi si kecil. Jangan sampai putra-putri kita terjerumus ke dalam hal negatif
Isu ditemukannya pornografi dalam game ini ramai dibicarakan di akun Instagram Tangerang Update.
Dalam sebuah tangkapan layar pengguna Roblox dijelaskan bahwa ada permainan Brookhaven yang menawarkan untuk menjalin hubungan. Bahkan, bisa menjurus ke hubungan seksual.
Dalam ulasan YouTube Roblox Topic Indonesia, bahkan ada beberapa permainan simulasi mandi hingga aktivitas dance club.
Orang tua bisa mengontrol aktivitas anak-anak dalam mengakses Roblox, dan membatasi permainan apa saja yang bisa mereka pilih lho. Ada pula cara menyetting umur pengguna Roblox. Namun sebaiknya orang tua juga lebih bijak lagi memberikan kesempatan bagi si kecil dalam bermain gawai. Misalnya memberikan izin bermain gadget hanya satu kali seminggu.
Hal ini banyak diterapkan orang tua yang tidak ingin buah hatinya terjerumus dalam dampak negatif internet.
- Penulis :
- Fadyl
