Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Dokter: Anak Perempuan Haid Lebih Cepat Berisiko Menopause Lebih Awal

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Dokter: Anak Perempuan Haid Lebih Cepat Berisiko Menopause Lebih Awal
Foto: Ilustrasi haid. (Freepik)

Pantau - Anak perempuan yang haid lebih cepat sel telurnya akan matang lebih awal sehingga ia bisa memasuki menopause lebih awal. Hal ini diungkapkan oleh Kelompok staf medis (KSM) Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Surahman Hakim, SpOG(K), MPH, dilansir dari ANTARA.

“Kejadian menopause lebih awal juga kemungkinan terjadi pada anak-anak yang haidnya lebih dini,” kata Surahman.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa wanita mendapatkan warisan sel telur dari ibunya. Pada tahap perkembangan dari bayi, balita hingga sebelum masuk masa pubertas, sel telur dalam keadaan membeku. Saat pubertas atau baligh, hormon di otak mulai mengatur pematangan sel telur secara bertahap.

Apabila haid terjadi lebih cepat, perkembangan seksual sekunder atau organ reproduksi akan lebih cepat, dan jumlah sel telur juga akan lebih cepat habis.

“Kalau masa reproduksi atau menikahnya di usia yang cukup lanjut maka kemungkinan kesuburannya juga akan cepat berakhir, karena telurnya sudah dimatangkan lebih awal,” jelas Surahman.

Baca juga: Studi: 40 Persen Wanita Berisiko Alami Depresi saat Perimenopause

Ia mengungkapkan perkembangan nutrisi gizi dari anak dan paparan hormon eksternal menyebabkan pematangan ovarium atau sel telur menjadi lebih cepat sehingga haid terjadi lebih awal.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa rata-rata anak perempuan sekarang sudah mengalami haid di usia 9 tahun, atau sekitar kelas 3 atau 4 SD, yang jika dibandingkan sekitar 20 tahun lalu, anak perempuan baru haid sekitar umur 11 atau 12 tahun.

Hal ini berpengaruh juga dari makanan yang dikonsumsi sepeti makanan siap saji yang berdampak pada pembentukan hormon esterogen pada anak perempuan. Juga, semakin meningkatnya polusi udara juga bisa memengaruhi haid yang lebih awal.

“Jadi kadang kala berefek pada anak-anak kita, jadi itu yang menyebabkan lebih banyak karena faktor lingkungan bukan pada saat kehamilan si ibu,” katanya.

Surahman berpesan untuk ibu yang melihat perkembangan seksual sekunder anaknya seperti pertumbuhan payudara yang masuk grade 3, dan adanya bulu-bulu pada kemaluan, tidak perlu cemas karena anak akan segera mendapatkan haid pertamanya satu hingga dua tahun ke depan.

Namun, apabila tidak ada tanda-tanda pertumbuhan seksual sekunder seperti yang diharapkan maksimal pada usia 15 tahun, perlu dicari tahu apakah ada kelainan kromosom, kelainan genetik, atau gangguan pada saluran reproduksi sang anak.

Sumber: ANTARA

Penulis :
Latisha Asharani