
Pantau - Sleep paralysis atau yang dikenal dengan ketindihan adalah gangguan tidur di mana seseorang tidak bisa bergerak atau berbicara saat tertidur atau baru bangun. Gangguan ini bisa berlangsung beberapa detik hingga menit, membuat penderitanya merasa terjebak dalam tubuhnya sendiri.
Tidur manusia melewati siklus REM (Rapid Eye Movement) yang menyebabkan otot-otot rileks dan tubuh tidak bisa bergerak saat bermimpi.
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, Minggu (23/2/2025), ketika sleep paralysis terjadi, otak masih setengah sadar, tetapi tubuh belum sepenuhnya terjaga.
Penyebab pasti sleep paralysis belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya gangguan ini. Salah satunya adalah kurang tidur, yang mengganggu siklus tidur dan berpotensi memicu sleep paralysis.
Baca juga: Kenapa Ada Orang yang Suka Meniru? Kenali Sifat Copycat dalam Diri Seseorang
Stres juga berpengaruh besar pada kualitas tidur, bahkan bisa memicu gangguan tidur ini. Mengelola stres dan menjalani pola hidup sehat adalah kunci untuk menghindarinya.
Pola tidur yang tidak teratur, seperti kebiasaan begadang, turut meningkatkan kemungkinan terjadinya sleep paralysis. Tidur tepat waktu dan konsisten sangat dianjurkan untuk mencegah gangguan ini.
Beberapa obat-obatan, terutama antidepresan, dapat mempengaruhi siklus tidur dan memicu sleep paralysis. Efek obat-obatan ini pada kontrol tidur selama fase REM berisiko menimbulkan gangguan.
Gejala Sleep Paralysis
- Tidak bisa menggerakkan tubuh: Penderita terjebak dalam tubuhnya sendiri.
- Halusinasi: Bisa berupa visual, suara, atau sensasi taktil yang tidak nyata.
- Sensasi tertekan: Rasa sesak di dada dan tubuh bagian atas.
- Kesulitan bernapas: Meskipun tidak memiliki masalah pernapasan sebelumnya.
- Rasa takut dan cemas: Sering disertai dengan mimpi buruk.
Baca juga: Partypooper: Benarkah Selalu Merusak Suasana atau Justru Realistis?
Komplikasi sleep paralysis bisa berupa gangguan kecemasan, insomnia, hingga fobia terhadap tidur atau tempat tidur. Dalam kasus parah, kondisi ini bisa menyebabkan depresi dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
Pengobatan Sleep Paralysis
- Mengelola faktor pemicu: Tidur cukup, mengatur jadwal tidur, dan menghindari stres.
- Terapi kognitif-perilaku (CBT): Membantu mengatasi rasa takut dan kecemasan.
- Obat-obatan: Dokter dapat meresepkan obat untuk membantu siklus tidur dan mengurangi kecemasan.
- Penulis :
- Sofian Faiq