
Pantau - Akademisi Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Marturia Yogyakarta, Risang Anggoro Elliarso, menekankan pentingnya masyarakat memiliki kecerdasan dan kearifan digital untuk menghadapi tantangan informasi di era internet.
Menurut Risang, dua hal tersebut menjadi kunci agar masyarakat tidak mudah dimobilisasi atau terpengaruh oleh pihak tertentu melalui konten-konten digital.
"Publik harus bisa naik level sampai kecerdasan digital, bahkan kearifan digital, agar penggunaan dunia digital membawa kemaslahatan bagi bangsa dan kemanusiaan," ungkapnya.
Bahaya Algoritma dan Pentingnya Daya Kritis
Risang menjelaskan bahwa media digital bekerja dengan algoritma yang menyajikan konten sesuai minat pengguna.
Hal ini membuat seseorang rentan terjebak dalam ruang gema (echo chamber) dan meyakini bahwa pandangan pribadinya adalah satu-satunya kebenaran.
"Akibatnya, mereka merasa bahwa pemikiran, perasaan, dan apa yang mereka pahami adalah yang paling valid dan benar. Padahal, di luar sana ada banyak pemikiran dan pandangan lain," jelasnya.
Ia menekankan pentingnya daya kritis dalam menyaring informasi agar masyarakat tidak langsung menerima informasi tanpa proses verifikasi.
Peran Metakognisi dan Regulasi Emosi
Selain itu, Risang juga menyoroti pentingnya metakognisi, yaitu kesadaran atas proses berpikir dan perasaan saat menerima informasi digital.
"Misalnya, kita perlu sadar ketika marah, jengkel, atau tertarik pada suatu informasi, lalu bertanya kenapa kita merasakan itu, dan meregulasi respons kita terhadapnya. Ini bagian dari critical thinking dan digital wisdom," jelasnya.
Risang meyakini bahwa dengan kecerdasan digital yang menyatu dengan kearifan emosional, masyarakat Indonesia akan lebih tahan terhadap pengaruh informasi sesat dan dapat menggunakan media digital secara lebih bijaksana.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf