
Pantau - BPJS Kesehatan terus melakukan transformasi digital sebagai langkah strategis dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan bagi lebih dari 283 juta peserta di seluruh Indonesia.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, mengungkapkan bahwa teknologi akan menjadi pilar utama dalam perbaikan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ke depan.
"Teknologi akan menjadi pilar utama dalam perbaikan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk masa depan, antara lain teknologi internet of things dalam mendukung gaya hidup sehat dan pemantauan kesehatan secara real time bagi peserta JKN," ungkapnya.
Inovasi Teknologi untuk Verifikasi dan Skrining Kesehatan
Salah satu inovasi utama adalah penggunaan teknologi face recognition atau FRISTA (Face Recognition Interactive System Touchless Authentication) melalui aplikasi Mobile JKN.
"Teknologi berbasis face recognition atau FRISTA Mobile JKN ini nanti, peserta tidak perlu lagi membawa banyak dokumen fisik, cukup dengan wajah mereka, semua informasi medis akan otomatis terverifikasi. Langkah tersebut akan menciptakan sistem layanan kesehatan yang lebih efisien dan terintegrasi," jelas Ali Ghufron.
Teknologi ini diharapkan dapat mempercepat proses pendaftaran dan pemeriksaan medis sekaligus meminimalkan kesalahan administrasi.
Transformasi digital lainnya juga mencakup skrining riwayat kesehatan secara mandiri serta pengingat waktu minum obat untuk pasien kronis, yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).
"Digitalisasi layanan kesehatan bukan lagi pilihan tetapi kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan kualitas layanan," tambahnya.
Peserta JKN kini dapat melakukan skrining terhadap 14 jenis penyakit, antara lain diabetes mellitus, hipertensi, stroke, penyakit jantung iskemik, kanker leher rahim, kanker payudara, anemia remaja putri, tuberculosis, thalassemia, kanker paru, kanker usus, hepatitis B dan C, serta penyakit paru obstruktif kronis.
Kanal skrining tersebut tersedia melalui Aplikasi Mobile JKN, situs resmi BPJS Kesehatan, layanan Pandawa melalui WhatsApp, aplikasi P-Care, dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
"BPJS Kesehatan juga telah mengajak peserta JKN untuk melakukan skrining sejak dini. Ini sebagai upaya deteksi dini pada setiap individu terhadap risiko atau adanya penyakit sehingga dapat ditangani lebih awal untuk mencegah komplikasi," tegas Ali Ghufron.
Sinergi Pemerintah dan Puskesmas Tingkatkan Layanan di Daerah
Sementara itu, Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan, Roy Himawan, menyoroti pentingnya sinergi antara puskesmas dan Klinik Desa/Kelurahan Merah Putih dalam memperluas layanan kesehatan ke wilayah pelosok.
Pemerintah juga tengah mempercepat pembentukan Koperasi Merah Putih sebagai wadah integrasi layanan antara puskesmas dan Klinik Merah Putih.
"Rasio penduduk ideal per puskesmas sebesar 1:30 ribu penduduk, namun masih ada 2.369 puskesmas dengan penduduk lebih dari 30 ribu," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa masih terdapat 506 puskesmas yang jaraknya lebih dari dua jam dari desa terjauh, serta 67 kecamatan yang belum memiliki puskesmas, sebagian besar berada di Papua.
Roy menegaskan pentingnya transformasi kesehatan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia dan mendukung visi Presiden dalam mewujudkan masyarakat sehat, mandiri, dan berkeadilan.
Ada tiga fokus utama transformasi kesehatan yang disampaikan Roy:
Transformasi layanan primer: edukasi, pencegahan penyakit, peningkatan kapabilitas layanan dasar.
Transformasi layanan rujukan: peningkatan mutu dan akses layanan lanjutan.
Transformasi ketahanan kesehatan: memperkuat sektor farmasi, alat kesehatan, dan kesiapsiagaan tanggap darurat.
- Penulis :
- Arian Mesa










