Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pemerintah Pulihkan Dunia Pendidikan di Tiga Provinsi Sumatera Usai Banjir dan Longsor

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Pemerintah Pulihkan Dunia Pendidikan di Tiga Provinsi Sumatera Usai Banjir dan Longsor
Foto: (Sumber : Warga membersihkan barang genangan air yang mengalir pada ruas jalan dan persawahan yang sudah seperti sungai di Lingkungan IV, Kelurahan Hutanabolon, Tukka, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Minggu (7/12/2025). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo.)

Pantau - Banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat merusak ribuan ruang kelas, menghentikan kegiatan belajar, serta memaksa puluhan ribu siswa menunggu kepastian kapan pembelajaran dapat kembali berlangsung normal.

Kerusakan Sekolah dan Respons Cepat Pemerintah

Air yang naik pada malam hari membuat ruang kelas tertimbun lumpur dan bangku terseret arus.

Buku pelajaran dijemur di jemuran darurat setelah perpustakaan berubah menjadi tumpukan halaman basah.

Kemendikdasmen mengirim tim verifikasi faktual ke titik terdampak untuk memetakan kebutuhan mendesak sekolah.

Tim tersebut menempuh akses jalan berlumpur dan melalui reruntuhan untuk mengidentifikasi kebutuhan ruang kelas darurat, paket belajar, alat peraga, serta layanan pemulihan psikososial.

Kemendikdasmen menilai banyak sekolah memerlukan perbaikan struktural dan pembaruan perangkat belajar.

Pemerintah menyalurkan dana Rp13,3 miliar untuk perbaikan infrastruktur pendidikan dan pengiriman tenda kelas.

Bantuan juga mencakup perangkat komunikasi untuk sekolah yang terputus aksesnya dan santunan bagi guru serta siswa yang kehilangan rumah.

Mendikdasmen Abdul Mu’ti meninjau sekolah di Padang Pariaman dan Agam untuk melihat langsung kondisi kerusakan dan pelaksanaan ujian yang tertunda.

Ia meminta proses pembersihan sekolah dilakukan oleh tenaga profesional agar siswa dapat kembali belajar dengan aman.

Pemerintah memberikan fleksibilitas ujian bagi siswa yang masih tinggal di pengungsian.

Dampak pada Perguruan Tinggi dan Peran Kampus dalam Pemulihan

Lebih dari enam ribu sivitas akademika dilaporkan terdampak banjir di tiga provinsi.

Sejumlah kampus kehilangan laboratorium, arsip penelitian, dan ruang diskusi akibat genangan air dan longsor.

Kemdiktisaintek menyiapkan dua fase penanganan, yakni masa tanggap darurat dan rehabilitasi jangka menengah pada 2026.

Sebanyak 13 kampus ditetapkan sebagai pusat koordinasi akademik untuk menjaga keberlanjutan proses pembelajaran.

Kampus di luar wilayah bencana turut menjadi jejaring pendukung melalui pembukaan aula pengungsian, pengiriman relawan mahasiswa, dan pengerahan tim medis.

Para dosen mengajak mahasiswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan kemanusiaan di lokasi terdampak.

Pemerintah membuka program riset dan pengabdian masyarakat hingga Rp500 juta per proposal untuk intervensi pendidikan darurat, rekonstruksi ruang belajar, pemulihan psikologis, dan mitigasi kebencanaan jangka panjang.

Tim kampus membawa peralatan sendiri untuk pemetaan risiko lahan, pembangunan sistem informasi relawan, serta pengaturan logistik bantuan.

Pengawasan Penanganan Bencana dan Upaya Menjaga Keberlanjutan Belajar

Presiden Prabowo Subianto mengingatkan agar tidak terjadi penyelewengan anggaran dalam penanganan bencana.

Pemerintah menegaskan bahwa percepatan pemulihan pendidikan harus menjangkau seluruh jenjang yang terdampak.

Langkah pemulihan ini dilakukan untuk memastikan ekosistem belajar tetap berjalan meski akses internet, ruang kelas, dan sarana kampus banyak mengalami kerusakan.

Penulis :
Aditya Yohan