Pantau Flash
HOME  ⁄  Olahraga

Akhir Karir 3 Pesepakbola Terkenal Akibat Transfer Buruk

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Akhir Karir 3 Pesepakbola Terkenal Akibat Transfer Buruk

Pantau.com - Bursa transfer telah menjadi bagian integral dari sepakbola modern saat ini. Musababnya, klub terus berlomba untuk mendapatkan pemain yang memiliki prospek di masa depan.

Namun, dalam proses mendatangkan pemain bisa dibilang sukses dan gagal, karena kadang-kadang peluang yang diambil terbukti layak. Sementara di sisi lain bisa saja tidak berjalan sukses.

Kita bisa lihat, seperti Wayne Rooney, Gianfranco Zola, Alan Shearer, Dani Alves, Mohamed Salah dan banyak lainnya yang terbukti sukses jadi pemain andal.

Namun, dari beberapa nama di atas ada pemain yang memiliki nasib kurang beruntung. Pantau.com menemukan ada tiga pemain sepakbola terkenal yang karir sepakbolanya hancur karena transfer yang buruk.

Siapa Saja Pemain Terkenal yang Berakhir Buruk Itu?

1. Andriy Shevchenko

pemain berakhir buruk karena salah transfer andriy shevchenko

Sheva ketika mencetak hattrick ke gawang Barcelona. (Foto: Reuters)

Mesin Gol dari Ukraina

Shevchenko lahir di Ukraina ada 1976, saat berusia 9 tahun, ia mendaftar di tim sepakbola sekolahnya. Namun, peristiwa tragis Pembangkit Listrik Nuklir Chernobyl pada tahun 1986 memengaruhi keluarganya dan mereka pun harus pindah ke Kiev.

Setelah gagal masuk tim di sekolahnya, seorang scouting Dynamo Kiev membawanya ke klub tersebut. Sheva mengalami peningkatan dalam karirnya. Shevchenko melakukan debut karir profesional pertamanya pada usia 16 ketika ia keluar sebagai pemain pengganti selama 12 menit di tim reserved. Musim berikutnya Sheva menjadi pencetak gol terbanyak untuk Dynamo-2 dengan mencetak 12 gol dan dipromosikan ke skuad senior.

Baca Juga: Cedera Aneh Pesepakbola yang Tak Terlupakan Dunia

Dia membuat debut skuad seniornya pada 8 November 1994, pada usia 18 tahun dan meraih gelar liga di musim debutnya. Salah satu yang menarik dari karir Dynamo Kiev-nya adalah hattrick melawan Barcelona yang begitu perkasa di Liga Champions 1997/1998, yang dimenangkan dengan 4 gol tanpa balas. Selama 5 musim dengan Kiev, ia memenangkan gelar domestik sebanyak lima kali.

Kemampuannya pun dicium oleh klub raksasa Italia, AC Milan yang akhirnya pada tahun 1999 membawanya dengan biaya 21,52 juta pounds dan ini merupakan rekor pembelian klub saat itu. Investasi besar ini terbukti karena Shevchenko dengan cepatmenjadi penyerang berbahaya di Serie A.

andriy shevchenko raih balon dor

Sheva raih Ballon d'Or bersama Milan. (Foto: Getty Images)

Selama tujuh tahun bersama Rossoneri, Sheva mencetak 175 gol dalam 322 pertandingan. Ia memenangkan penghargaan paling bergengsi yang bisa dicita-citakan pesepakbola, Ballon d'Or pada 2004.

shevchenko di chelsea

Shevchenko gagal bersinar ketika membela Chelsea. (Foto: AFP)

Masa Kelam

Musim panas 2005, Chelsea sangat ingin membawa pemain berpaspor Ukraina itu ke Stamford Bridge. Memiliki dana melimpah dari taipan minyak Rusia, Roman Abramovich, Chelsea berubah menjadi salah satu tim raksasa Eropa.

Ketika mendatangkan Shevchenko, CEO Chelsea, Peter Kenyon tak ragu dengan kemampuan yang dimiliki pemain yang doyan mengenakan jersey nomor 7 itu. "Saya pikir Shevchenko adalah tipe pemain yang kami inginkan. Pada hari ini kami meningkatkan apa yang kami harapkan, itu harus menjadi pemain hebat dan Shevchenko pasti masuk ke kelas itu," ujarnya.

The Blues akhirnya berhasil mendapatkan Sheva ke Stamford Bridge dengan mahar 39,49 juta pounds, ini merupakan biaya rekor untuk tim Inggris saat itu. Di sinilah semuanya mulai berjalan salah untuk pemain yang pernah meraih gelar Liga Champions bersama Milan itu.

Karir Shevchenko selama di Chelsea penuh dengan kekecewaan. Karena ia dibayangi oleh masa lalunya yang gemilang, kemampuannya sebagai striker tajam berubah jadi tumpul. Orang Ukrania terus-menerus melihat dirinya berjuang untuk menemukan bentuk semula dalam permainannya, tetapi ia gagal melakukannya setiap waktu. Belum lagi cedera yang diterimanya selama musim 2006/2007.

Baca Juga: Karir Pemain Kelas Dunia yang Berakhir di Klub Antah Berantah

Peminjaman ke Milan diharapkan bisa mengembalikan ketajaman seorang Shevchenko. Sayangnya, tak sesuai harapan, ia tampil begitu mengecewakan.

Dia akhirnya kembali ke klub masa kecilnya Dynamo Kiev pada tahun 2009. Ia mampu menyelamatkan karirnya dengan dinobatkan sebagai pemain terbaik di liga Ukraina. Namun, pada 2012, Sheva mengumumkan berhenti bermain sepakbola dan ia terjun ke dunia politik.

2. Fernando Torres

fernando torres

Torres ketika membela klub Atletico Madrid. (Foto: Getty Images)

Karir Emas

Torres lahir pada 20 Maret 1984 di Fuenlabrada, Spanyol. Dia bergabung dengan tim pertamanya, Parque 84, ketika berusia 5 tahun. El Nino -julukan Torres- mewarisi rasa cintanya pada Atletico Madrid dari sang Kakek yang merupakan pendukung setia Los Rojiblancos.

Pada usia 10 tahun, Torres mencetak 55 gol dalam satu musim yang membuatnya cemerlang bersama Atletico Madrid. Torres membuat mata para pengamat si kulit bundar terkesan pada tahun 1995, ia pun memulai karir sepakbolanya.

Torres bukan tanpa halangan, dirnya sempat menderita beberapa cedera seperti tulang kering retak yang membuatnya tidak bermain membela tim muda Spanyol. Pada tahun 1998 Atletico memenangkan Piala Nike U-15 dan Torres dinobatkan sebagai pemain terbaik di Eropa untuk golongan usia muda.

Ia pun akhirnya menjalani penampilan perdana di tim senior pada 2001, di mana Atletico nyaris gagal promosi. Namun Los Rojiblancos mengamankan promosi di musim berikutnya, tetapi Torres tidak banyak berperan.

Setelah awal yang lambat untuk karir seniornya, Torres langsung berubah dengan cepat. Bahkan ia pernah menjadi kapten Atletico di usia muda. Setelah mencetak 82 gol untuk tim rival Real Madrid, El Nino akhirnya melanjutkan karirnya ke Liverpool pada 2007.

fernando torres di liverpool

Torres jadi mesin gol Liverpool. (Foto: Getty Images)

El Nino tampil impresif bersama Liverpool, ia mencetak gol pertamanya untuk The Reds di laga debut dan mencetak hattrick pertamanya di bulan pertama.

Di Liverpool, Torres menikmati puncak karirnya sebagai pesepakbola. Ia telah berubah menjadi monster dengan memiliki tembakan yang kuat, kaki kanan dan kirinya begitu hidup dan ia menjadi pujaan para fans The Reds. Ada beberapa masalah ketika ia masih di Liverpool, itu tak lain adalah cedera yang sering membekapnya. Ia melewatkan hampir setengah dari pertandingan The Reds dalam dua musim terakhirnya.

Tak ayal, klub pun menjual Torres ke Chelsea dengan biaya sebesar 52,65 juta pounds, angka ini sulit ditolak. Harga mahal itu juga sepadan dengan label kelas pemain dunia untuk pemain berpaspor Spanyol itu.

fernando torres di chelsea

Torres ketika membela Chelsea. (Foto: The Sun)

Masa Kelam

Sejatinya, Chelsea telah berusaha mendapatkan penyerang Spanyol itu sejak masa-masa dirinya membela Atletico. Namun ketika itu beberapa tawaran ditolak, The Reds pun melepas sang pemain dengan biaya rekor Inggris sebesar 52,65 juta pounds, menjadikannya sebagai pemain termahal keenam Premier League.

Setelah bergabung pada bulan Januari, karir Torres menukik karena butuh 3 bulan sejak perekrutan atau setara dengan 903 menit bermain untuk mencetak gol pertamanya. Itu juga merupakan satu-satunya gol bagi Chelsea di musim debutnya.

Pada musim-musim berikutnya, Torres mengalami frustrasi ketika berjuang untuk mendapatkan kembali wujud permainannya. Tingkat serangan Torres turun menjadi di bawah 1 gol dalam setiap 5 pertandingan, ini mengejutkan!

Salah satu pemain paling hot di bursa transfer ini menjadi bahan olok-olok dalam sebuah laga melawan Manchester United. Di mana pemain bernomor punggung 9 itu melewatkan sebuah peluang terbuka untuk membawa Chelsea unggul. Torres kemudian dikirim ke Milan pada 2014 dengan kontrak dua tahun, tetapi setelah menajalani musim yang tidak begitu produktif, ia setuju untuk kembali ke klub masa kecilnya di Madrid dengan opsi pinjaman.

Meskipun tidak tampil eksplosif seperti di masa jayanya, Torres memang menunjukkan bakatnya sesekali untuk Los Rojiblancos yang membuat kepindahan ini permanen. Pada 2018, El Nino meninggalkan klub masa kecilnya sekali lagi, untuk menjalani petualangan di Jepang. Namun, baru-baru ini Torres memutuskan untuk pensiun sebagai pesepakbola profesional.

Baca juga: 5 Pemain Muda yang Bersinar di Copa America 2019, Ada Pemain Asia Lho

1. Kaká

kaka

Kaka Muda saat membela Sao Paolo. (Foto: Getty Images)

Masa Keemasan

Kaka ditemukan oleh klub lokal Sao Paulo FC pada usia 15 tahun saat tampil untuk tim sekolahnya Alphaville, dalam turnamen lokal. Di musim debutnya bersama tim junior, pemain Brasil ini memimpin timnya untuk juara di kompetisi Copa de Juvenil.

Kaka masuk ke skuad senior pada tahun 2001 dan mengantongi 12 gol dalam 27 penampilan, mengalahkan Torneio Rio-Sao Paulo. Turnamen sepakbola antara Sao Paulo dan tim-tim Rio de Janeiro itu membuat Kaka tampil sebanyak 58 kali dengan 23 gol.

Setelah melakukan keajaiban, Kaka membuat pemandu bakat Eropa meliriknya. AC Milan berhasil mendapatkan tanda tangannya dengan harga 7,65 juta pounds. Jumlah yang begitu kecil untuk pemilik klub saat itu Silvio Berlusconi, seperti membeli kacang.

Kaka membuat dampak yang begitu signifikan, ia masuk ke tim utama dalam waktu satu bulan dari perekrutannya. Bermain sebagai penyerang lubang bersama Andriy Shevchenko selaku ujung tombak, duet ini begitu dikenal karena tampil eksplosif.

kaka saat juara champion

Kaka membawa AC Milan juara Liga Champions musim 2007. (Foto: Getty Images)

Selama musim 2006 dan 2009, Kaka dinobatkan sebagai pemain Seri A terbaik sebanyak dua kali, salah satunya diraih pada musim debutnya. Selain itu, Kaka berperan penting untuk kemenangan Milan di Liga Champions pada 2007 dengan menjadi pencetak gol terbanyak dan meraih Ballon d'Or.

Di masa keemasannya ini, Kaka ingin memulai petualangan baru dengan bergabung dengan Real Madrid pada 2009. Bersama Rossoneri, ia telah mencetak 95 gol dalam 270 pertandingan.

kaka di real madrid

Kaka Gabung Real Madrid. (Foto: AS)

Masa Kelam

Keruntuhan karir Kaka merupakan salah satu kisah paling menyedihkan dalam sejarah sepakbola. Pemain berpaspor Brasil itu berada di puncak karirnya 2009. Real Madrid memutuskan untuk membelinya dengan harga 60,3 juta pounds dan ini membuatnya menjadi pemain termahal kedua saat itu.

Pirlo yang merupakan mantan rekan Kaka di AC Milan mengatakan, jika kehilangan Kaka sangat buruk bagi tim. "Saya ingat betapa buruknya kami sebagai tim ketika Kaká meninggalkan Milan. Selama dua atau tiga tahun dia adalah pemain terbaik di dunia. Ada satu titik ketika tim tidak tahu bagaimana menghentikannya," ujar Pirlo soal kepergian Kaka.

Waktu Kaka di Madrid bisa dibilang tak gagal total. Selama empat musim, ia menjaringkan bola sebanyak 29 kali dalam 120 penampilan. Selama bermain di tim ibu kota Spanyol itu ia terganggu dengan cedera, salah satu yang membuatnya absen selama 5 bulan. Kinclongnya permainan Cristiano Ronaldo membuat Kaka duduk di persimpangan jalan.

Tak berkembang di Spanyol, Kaka mencoba peruntungannya di Italia dengan kembali berseragam Milan. Itu terjadi begitu singkat, pemain kelahiran 22 April itu berpetualang ke Amerika Serikat dengan bergabung bersama Orlando City, beberapa waktu ia menjalami masa peminjaman ke klub masa kecilnya Sao Paulo FC, sebelum akhirnya menutup karir di Orlando City.

Tentu sangat menyedihkan melihat pemain yang memiliki talenta luar biasa mengalami penurunan performa yang begitu cepat. Sulit untuk tidak membayangkan betapa berbahagianya jika saja karirnya melambung bersama Real Madrid.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta