
Pantau.com - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menyatakan, gerhana bulan total langka atau "Super Blue Blood Moon" yang terjadi pada Rabu, 31 Januari 2018 adalah bukti jika bumi bulat.
Menurut Thomas, bayangan gelap yang jatuh pada purnama adalah bayangan bumi. Bayangan gelap pada proses gerhana berbentuk melengkung yang mengindikasikan bulatnya bumi.
"Skematik astronomis menjelaskan kejadian gerhana bulan terjadi akibat bulan memasuki bayangan bumi. Bayangan bumi terjadi karena cahaya matahari terhalang oleh bumi," jelas Thomas seperti dikutip Pantau.com di akun Twitter resminya @t_djamal, Selasa (30/1/2018).
Jebolan Kyoto University Jepang itu menjelaskan, waktu dan proses terjadinya gerhana juga bisa diprakirakan. Hal itu didasarkan pada model saintifik sistem bumi-bulan-matahari.
Gerhana Bulan Total, saat purnama memasuki bayangan bumi (Foto: NASA)
Baca Juga: Gerhana Bulan Total Langka Bakal Tampak di Indonesia, Catat Tanggalnya
"Bulan mengitari bumi. Bumi bersama bulan mengitari matahari. Cahaya purnama disebabkan oleh pantulan cahaya matahari. Namun pada saat tertentu, bulan memasuki bayangan bumi ketika matahari-bumi-bulan dalam posisi segaris. Saat itulah terjadinya gerhana yang bisa kita amati," ujarnya.
Thomas menegaskan para penggemar dongeng bumi datar (FE: Flat Earth) tidak bisa menjelaskan fenomena gerhana bulan secara logis.
"Waktu kejadian gerhana dan prosesnya tidak bisa mereka jelaskan, karena dongeng bumi datar tidak menggunakan sains. Walau mereka mengklaim melakukan kegiatan yang mereka sebut 'penelitian'. Kejadian gerhana bulan adalah pukulan telak yang membantah dongeng bumi datar," tutup Thomas Djamaluddin.
Baca Juga: Asteroid Seukuran Burj Khalifa Dekati Bumi, NASA: Berpotensi Bahaya, Tapi...
- Penulis :
- Tommy Adi Wibowo
