Pantau – Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati mengingatkan agar pemerintah bisa lebih realistis dalam menyusun sejumlah asumsi dasar yang akan digunakan dalam pembahasan RAPBN 2024.
Hal tersebut ia sampaikan menanggapi paparan Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan RAPBN 2024 yang telah dipaparkan pemerintah melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Jumat (19/5/2023)
“Di tengah masih tingginya ketidakpastian kondisi ekonomi global, proyeksi ekonomi Indonesia di tahun 2024 perlu lebih realistis dan sesuai dengan kondisi yang ada,” kata Anis, dikutip Senin (22/5/2023).
Politisi PKS ini mengingatkan, pertumbuhan ekonomi nasional selama ini masih ditopang oleh hasil ekspor dengan harga komoditas unggulan yang tinggi.
Baca Juga: Puan Maharani Bersyukur DPR jadi Instansi dengan Kinerja Anggaran Terbaik Tahun 2022
“Berkaca pada pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2023, di mana harga komoditas unggulan kita mulai menurun yang berdampak pada ekspor komoditas dan neraca perdagangan yang mengalami penurunan per kuartal,” paparnya.
Dibandingkan kuartal keempat 2022, Anis menjelaskan, ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2023 terkontraksi sebesar 0,92%, walau masih tumbuh sebesar 5,03 persen per tahun.
Menurutnya, pemerintah sangat optimis angka pertumbuhan ekonomi terus di atas 5 persen dalam enam kuartal berturut-turut.
“Pertumbuhan ekonomi dan inflasi Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di antara negara-negara G20 dan ASEAN,” lanjut Anis.
Baca Juga: RAPBN 2024 akan Fokus pada Sejumlah Proyek Strategis Nasional
Anis juga menjelaskan, tren pemulihan ekonomi global masih menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya manufaktur global kembali terkontraksi di akhir triwulan pertama 2023.
Bahkan, lanjutnya, beberapa lembaga internasional seperti IMF dan World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi global stagnan pada angka 2,7 hingga 3 persen.
“APBN 2024 harus mampu menjawab tantangan yang tidak ringan, baik dari luar maupun dari dalam negeri,” tandasnya.