Pantau – Bangunan itu berdiri di antara impitan rumah yang menghitam. Benda-benda bekas terbakar pun terlihat jelas di setiap tembok dan lantai bangunan itu.
Selain itu, atap di lantai dua juga telah ambruk sehingga saat ini hanya ditutupi terpal saja. Kondisi yang sama juga terlihat ketika melihat atap di teras mushala.
Beberapa peralatan mushala seperti pelantang dan karpet juga ikut ludes terbakar. Namun, Zubairi mengungkapkan bahwa api tidak sedikit pun menyentuh tumpukan Al Quran yang ada di ruang utama mushala.
Tepat di depan bangunan ibadah itu, terlihat jejeran rumah yang sudah menjadi kerangka kayu lapuk. Bangunan tersebut ialah Mushala Baitut Taqwa yang terletak di Jalan 10 Nopember, RT 06/01, Nomor 18, Koja, Jakarta Utara.
Ini menjadi satu satunya mushala yang terbakar saat peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang terjadi.
Deretan rumah itu habis dilalap si jago merah akibat terbakarnya Depo Pertamina Plumpang di Koja, Jakarta Utara, pada 3 Maret lalu.
Mushala terbakar
Zubairi selaku pengurus mushala itu menceritakan detik-detik tempat ibadah ini ikut terbakar pada malam yang panas dan membara itu.
Malam itu, mushala genap berusia 1 tahun. Tidak ada aktivitas menonjol yang berlangsung. Hanya sekumpulan warga yang sedang mengikuti pelajaran agama Islam.
Tiba-tiba pada malam itu, luapan api muncul, bak lidah menjilati mushala dan rumah yang ada di sekelilingnya. Pada saat itu pula penghuni mushala yang ada di dalam langsung melarikan diri.
Seorang pengurus mushala wafat kala ingin menyelamatkan uang milik yayasan yang tersimpan di dalam.
Ruang Shalat
Alhasil, pengurus mushala tersebut, mengalami luka bakar di bagian tangan hingga kepala. Kondisi mushala pasca-terbakar pun cukup mengenaskan.
Dari seluruh ruangan di dalam bangunan itu, hanya ruang utama tempat shalat saja yang selamat. Tampak lantai dua tempat santri belajar juga ludes terbakar.
Al Quran tidak terbakar
Selain itu, atap di lantai dua juga telah ambruk sehingga saat ini hanya ditutupi terpal saja. Kondisi yang sama juga terlihat ketika melihat atap di teras mushala.
Beberapa peralatan mushala seperti pelantang dan karpet juga ikut ludes terbakar. Namun, Zubairi mengungkapkan bahwa api tidak sedikit pun menyentuh tumpukan Al Quran yang ada di ruang utama mushala.
Begitu pula bagian belakang mushala yang juga hangus terbakar.
Jadi tempat tarawih
Mushala ini memang kerap dijadikan warga sebagai tempat beribadah dan belajar Al Quran.
Setiap harinya selalu ada anak-anak yang belajar agama di mushala tersebut. Tak ayal, mushala ini menjadi salah satu bangunan favorit warga setempat.
Namun, setelah mushala terbakar, rasa pesimistis menyelimuti benak Zubairi.
Apakah mushala ini masih bisa menampung warga? Apakah mushala ini masih bisa jadi tempat shalat tarawih pertama? Apakah aktivitas keagamaan rutin masih bisa berlangsung di mushala ini?
Pertanyaan-pertanyaan itu silih berganti masuk dalam benak Zubairi kala melihat mushala hangus.
Namun demikian, pesimisme itu perlahan terkikis kala Zubairi melihat banyak warga yang masih mau menggunakan mushala tersebut.
“Saya semangat, harus bangkit, bagaimana caranya awal Ramadhan ini mushala bisa digunakan untuk tarawih. Pemuda-pemuda ini langsung bergerak membantu,” kata Zubairi.