Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BPIP: Mahasiswa Indonesia di Luar Negeri Jangan Mudah Dipecah Belah

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

BPIP: Mahasiswa Indonesia di Luar Negeri Jangan Mudah Dipecah Belah

Pantau.comDirektur Standardisasi Materi dan Metode Aparatur Negara Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo mengingatkan agar mahasiswa Indonesia di luar negeri tidak mudah dipecah belah sebagaimana Indonesia yang dahulu terpecah belah oleh "Politik Adu Domba".

"Tidak ada bangsa di dunia ini yang dapat menjadi bangsa yang besar kalau bangsa tersebut menjiplak falsafah bangsa lain. Setiap bangsa memiliki sejarah, falsafah dan budayanya masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa yang besar adalah bangsa yang berpijak pada falsafah bangsa sendiri,” demikian disampaikan Aris pada Webinar Kepemudaan memperingati Hari Sumpah Pemuda yang diselenggarakan KJRI Marseille, Kamis (28/10).  

Webinar yang dilaksanakan secara hibrid dihadiri Konsul Jenderal RI di Marseille, Arief Basalamah, staf KJRI Marseille, anggota Dharma Wanita Persatuan KJRI Marseille dan para mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Marseille dan beberapa kota lain di Perancis Selatan.

Baca juga: Tingkatkan Kerja Sama, Tiga Direktur BPIP Sambangi Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta

Aris menyampaikan bahwa kegiatan webinar kepemudaan seperti yang dilakukan KJRI Marseille memiliki peran penting sebagai ikhtiar mewujudkan realitas masyarakat Pancasila sebagai pandangan dunia. Selain itu kegiatan ini juga penting sebagai ikhtiar melindungi bangsa Indonesia, khususnya pemuda dari ancaman ideologi-ideologi transnasional sekaligus pemantapan mental ideologi pemuda.  

“Masyarakat Indonesia, khususnya para mahasiswa, yang sedang berada di luar negeri dapat belajar dari sejarah gerakan pemuda dalam memerdekakan Indonesia. Sejarah berdirinya NKRI tidak terlepas dari gerakan pemuda melalui Kebangkitan Nasional 1908 dan Kongres Pemuda 1928 yang menghasilkan ikrar persatuan Indonesia,” ujar Aris.

“Para pemuda Indonesia saat itu sadar bahwa hanya dengan bersatu dan mengenyampingkan segala perbedaan maka Indonesia akan dapat menjadi negara merdeka. Para pemuda saat itu sadar bahwa keterjajahan yang terjadi tidak terlepas dari politik pecah belah atau devide et impera dari Belanda. Tujuannya agar mereka dapat merampok dan menguasai Indonesia dengan leluasa. Belanda menyadari sepenuhnya bahwa bangsa yang plural seperti Indonesia paling mudah dipecah belah dengan adu domba."

Baca juga: Ahmad Basarah: Kehadiran BPIP di BRIN Pastikan Pancasila Jadi Sumber Riset dan Inovasi

Belajar dari politik pecah adu domba di masa lalu, Aris kemudian mengingatkan mahasiswa Indonesia yang sedang  belajar di luar negeri untuk tidak mudah dipecah belah. Apalagi di tengah perkembangan teknologi informasi seperti sekarang ini, upaya adu domba dapat lebih mudah dilakukan antara lain melalui penyebarluasan berita-berita bohong (hoax) dan disinformasi berita.

Aris kemudian menyampaikan rasa syukurnya bahwa para pendiri bangsa Indonesia telah mewariskan Pancasila yang mempersatukan Indonesia. Tanpa menjadikan Pancasila sebagai sebagai titik temu, masyarakat Indonesia tidak akan pernah bersatu.

“Kita patut bersyukur bahwa para pendiri bangsa mewariskan Pancasila yang mempersatukan bangsa dan negara Indonesia. Pancasila merupakan ijtihad para pendiri bangsa yang perlu dirawat bersama-sama sebagai ideologi yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Tanpa menjadikan Pancasila sebagai titik temu dan merawatnya bersama-sama, Indonesia tidak akan pernah bersatu,” ujar Aris.

rn
Penulis :
Noor Pratiwi