ESDM Sebut Pulau Jawa Lebih Rentan Terhadap Pergerakan Tanah

Headline
Tanah rel longsor - Pantau.comPenampakan rel kereta yang menggantung akibat TPT sekitarnya longsor di RT07/RW04 Kampung Sirna Sari Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat pada Selasa (14/3/2023) pukul 23.00 WIB. (ANTARA)

Pantau – Pulau Jawa lebih rentan terhadap pergerakan tanah dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia, menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Sebaran longsor di Indonesia 60, didominasi Pulau Jawa. Karena itu, Pulau Jawa memang rawan,” kata Kepala BKPM Sugeng Mujiyanto dalam jumpa pers yang diikuti dari Jakarta, Jumat (31/3/20230).

Ia menginformasikan pada tahun 2021, jumlah kejadian gerakan tanah di Indonesia tercatat sebanyak 1.091 dan menelan korban jiwa sebanyak 357 orang. Pada tahun 2022, terjadi 1.085 longsor yang menewaskan 210 orang.

Sedangkan dari Januari hingga 24 Maret 2023 terjadi 215 peristiwa gerakan tanah yang menewaskan 84 orang, katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menjelaskan topologi Pulau Jawa bergelombang dengan banyak tanjakan terjal, terutama di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, Pulau Jawa rentan terhadap pergerakan tanah.

Selain itu, pelapukan batuan vulkanik sangat umum terjadi di Pulau Jawa. Batuan vulkanik cukup fluktuatif saat berinteraksi dengan curah hujan tinggi, kata Gunawan.

“Jika ini berinteraksi dengan kondisi lereng, bebatuan, dan curah hujan, maka akan memicu pergerakan tanah,” imbuhnya.

Selain itu, padatnya penduduk Pulau Jawa juga berkontribusi terhadap banyaknya pergerakan tanah, ujarnya.

Pasalnya, lereng yang berpotensi pergerakan tanah telah dimanfaatkan untuk keperluan pemukiman. Padahal, terjadinya gerakan tanah memiliki jeda 10, 20, atau bahkan 30 tahun, kata Gunawan.

“Orang mengira kalau tinggal di sana, tidak akan ada pergerakan tanah. Namun, dalam 10 hingga 30 tahun ke depan, hal itu bisa saja terjadi,” ungkapnya.

Dia mengatakan, pemanasan global juga dapat memperburuk terjadinya pergerakan tanah karena cuaca ekstrim dapat meningkatkan volume curah hujan.

Oleh karena itu, Badan Geologi mencatat semua peristiwa pergerakan tanah yang terjadi di setiap wilayah Indonesia dan melakukan pemetaan perkiraan dalam skala yang lebih memadai, katanya.

Pemetaan perkiraan pergerakan tanah tersebut dipublikasikan setiap bulan, dengan informasi yang disebarkan ke seluruh bupati dan juga melalui situs resmi Badan Geologi, Gunawan menginformasikan.

Tim Pantau
Sumber Berita
Antara
Editor
Renalya Arinda
Penulis
Renalya Arinda