Tak Selalu Akurat, Pengamatan Hilal Bisa Kacau oleh Obyek Astronomis Lain

Headline
Rukyatul Hilal - pantau.comTim pemantau hilal BMKG. (foto: istimewa)

Pantau – Jelang 1 Ramadan 1444 Hijriah, pemerintah melalui Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat untuk penetapan awal puasa.

Ada dua metode yang biasa dilakukan umat Islam dalam menentukan awal bulan Hijriah, yakni melalui perhitungan astronomi (hisab) dan melihat wujud bulan (rukyatul hilal).

Kepala Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu mengungkapkan, pengamatan hilal tak selalu akurat. Pasalnya, bisa saja tim pemantau justru dikacaukan oleh benda astronomis lainnya di langit.

“Adanya obyek astronomis lainnya ini berpotensi menjadikan pengamat menganggapnya sebagai hilal,” ungkap Teguh, Sabtu (18/3/2023).

Dari hasil perhitungan BMKG, pada waktu pengamatan yang direncanakan pada Rabu (22/3/2023) mendatang, ada dua planet yang jadi perhatian.

Sejak matahari terbenam hingga bulan terbenam, Merkurius dan Jupiter berjarak sudut lebih kecil 10 derajat dari bulan.

Sementara itu, Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Taufiq Hidayat mengakui kondisi langit seperti itu dalam proses pengamatan hilal.

Menurutnya, pengamat hilal yang sudah cukup terlatih, akan memeriksa lebih dulu daerah langit sekitar kemunculan hilal.

Selain itu, untuk mengkonfirmasi ulang hasil pengamatan, menurut Taufiq, tim harus melengkapi rukyat dengan bukti foto atau citra hilal.

Cara itu, menurutnya, dapat menjadi solusi dari permasalahan gangguan obyek langit lain saat pengamatan bulan sabit baru.

“Tidak sekadar kesaksian lalu bersumpah, tim pengamat rukyat sekarang sudah cukup banyak yang terlatih,” pungkasnya.

Tim Pantau
Reporter
Aditya Andreas
Penulis
Aditya Andreas