Pantau – Komunikolog Indonesia Emrus Sihombing menilai bakal calon Presiden (Balonpres) tidak percaya diri dan tidak memiliki gagasan besar pada pemilihan presiden (pilpres) 2024. Misalnya Anies Baswedan, mempersoalkan hal-hal kecil atau remeh-temeh sangat ganjil.
“Salah satu di antaranya membanding-bandingkan kinerja Presiden Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sekaligus itu menyampaikan narasi kepada publik bahwa dirinya, AB, tidak percaya diri dan tidak memiliki gagas berfikir dan bertindak sebagai Baloncapres,” kata Emrus saat dikonfirmasi pantau.com, di Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Emrus menambahkan memperbincangkan remeh-temeh, menunjukkan dirinya sangat lemah dari sudut leadership, managerial dan kemandirian. Sebab, seorang kandidat Balonpres yang akan menjadi presiden mutlak harus memiliki karakter kepemimpinan kukuh dengan menawarkan gagasan besar.
“Selain itu, Balonpres harus mempunyai management skill yang tegas dan berani serta memiliki kemandirian, tidak di bawah bayang-bayang pengaruh sosok tertentu, SBY misalnya,” tuturnya.
Dikatakan Emrus, sebab, Baloncapres semacam itu menunjukkan yang bersangkutan tidak punya pemikiran besar tentang Indonesia lima tahun dan yang berdampak ke masa-masa yang akan datang untuk Indonesia Raya. Setelah kelak dirinya tidak lagi menjadi presiden.
“Oleh karena itu, lebih baik bagi AB mulai saat ini mengapresiasi semua kinerja presiden periode sekarang dan yang sebelumnya sebagai pendahulunya, sembari menawarkan gagasan besar untuk kesejahteraan rakyat di tengah persaingan global di semua bidang kehidupan manusia,” ucapnya.
Selain itu, kata Emrus, bukan malah urusin atau mewacanakan hal-hal yang menimbulkan polemik tidak produktif, seperti membanding-bandingkan kenerja dua pemimpin yang sudah berbuat banyak untuk negeri ini.
“Sementara dirinya belum pernah memimpin Indonesia,” pungkasnya.
Sebelumnya, Anies menghadiri acara relawan bertajuk ‘Temu Kebangsaan Relawan Anies Baswedan’ di Tennis Indoor Senayan, Jakarta Pusat. Bakal capres dari Koalisi Perubahan itu sempat mengungkit soal aksi lari-lari hanya untuk difoto.
Anies awalnya bercerita ketika dirinya mengunjungi daerah pelosok dengan tujuan mengetahui kondisi masyarakatnya. Dia mengklaim dirinya datang tanpa ada kamera maupun media.
“Saya datang ke banyak tempat tanpa kamera, tanpa media, tanpa ditemani siapa-siapa. Seringkali saya hanya datang sendirian, lalu masuk ke suatu tempat, masuk ke sebuah warung tahu-tahu yang punya warung ngelihatin aja. Ini seperti kenal tapi siapa gitu. Karena kan di pelosok, jadi nyapa juga belum tentu berani. Saya ngobrol dengan masyarakat saya mendengar cerita mereka,” kata Anies dalam pidatonya, Minggu (21/5).
“Dan saya temui mereka bukan untuk selfie dan di-posting di pagi hari. Bukan, saya bukan lari-lari untuk posting foto,” tambah Anies yang sontak disambut riuh seisi ruangan.