Pantau – Pengamat politik, Ubedillah Badrun menyerukan agar rakyat melakukan perlawanan terhadap rezim saat peringatan 25 tahun reformasi mendatang.
Menurutnya, cita-cita reformasi pada 1998 silam kini telah dikhianati oleh rezim dan para oligarki. Sehingga, melakukan aksi perlawanan pada Mei mendatang menjadi momentum yang tepat.
“Di antara cita-cita reformasi itu adalah pemberantasan korupsi, penegakkan demokrasi, pelanggaran HAM diadili, hukum tidak boleh tebang pilih, dan rakyat sejahtera,” ujar Ubed dalam acara Konsolidasi Demokrasi Aktivis 98 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (20/3/2023).
Baca Juga: 25 Tahun Reformasi, Belum Semua Tuntutan Terpenuhi
Ubed memaparkan, yang terjadi saat ini justru adalah korupsi yang merajalela. Hal ini terbukti dari anjloknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di angka 34.
Selain itu, lanjutnya, indeks HAM Indonesia rapotnya juga masih merah, yakni di bawah 3,5. Bahkan, pertumbuhan ekonomi stagnan di sekitar 5 persen, di bawah Filipina, Vietnam, dan Malaysia.
“Jumlah orang miskin dan pengangguran terus bertambah. Rakyat menderita tetapi pejabat kekayaanya bertambah 70,3 persen. Rezim ini juga berwajah otocratic legalism, otiriter berselimut regulasi,” lanjutnya.
Baca Juga: Flexing ala Istri Jenderal, IPW Sebut Reformasi Kultural Polri Rusak
Berdasarkan hal tersebut, ia menyerukan adanya perubahan, baik dengan perbaikan sistem, maupun dengan cara revolusioner.
“Dengan jalan itu maka bulan Mei 2023 ini di usia 25 tahun reformasi ini bisa menjadi momentum perlawanan rakyat, karena rakyat sudah muak dengan korupsi yang merajalela dan muak dengan janji-janji manis politik,” tegasnya.