Pantau – Calon presiden dari Partai Nasdem, Demokrat dan PKS, Anies Baswedan, menyatakan politik identitas adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam suatu kontestasi politik. Misalnya calon yang bersaing adalah laki-laki dan perempuan.
“Maka di situ ada identitas gender,” kata Anies di Surabaya, semalam.
Perbedaan Suku
Ia melanjutkan hal yang sama terjadi jika ada dua calon yang berbeda suku. Pendukung mereka akan berpolemik soal isu perbedaan suku.
“Yang terjadi pada 2017, calon yang bersaing agamanya berbeda. Maka identitasnya yang terlihat adalah agama. Itu akan terus terjadi selama calonnya punya identitas berbeda, baik gender, suku, maupun agama,” kata Anies.
Punya Kedewasaan
Meskipu demikian, Anies menekankan yang terpenting dalam suatu kompetisi politik adalah kedewasaan baik ketika menang atau kalah. Setelah pemilu selesai, lanjut dia, yang menang harus merangkul yang kalah.
“Sedangkan yang kalah juga harus mau mengakui kekalahannya,” katanya.
Tetap Ajak Mereka yang Berkompeten untuk Kerjasama
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku tidak masalah bila ada orang yang tidak suka kepadanya. Tapi ia akan tetap mengajak orang lain untuk bekerja sama selama mereka punya kompetensi di bidangnya.
“It doesn’t matter if you don’t like me, tidak masalah jika anda tidak suka dengan saya. Tapi saya akan selalu mengajak siapapun untuk berdiskusi, bersama-sama membangun gerakan-gerakan yang kontributif membawa perubahan,” katanya.
Politik identitas menjadi isu yang sensitif di tanah air. Sejumlah pihak menyarankan agar para kontestan pemilu tidak menggunakan isu tersebut karena dinilai akan merusak persatuan bangsa.