Pantau.com - Tujuh peledak improvisasi (IED) meledak pada hari Sabtu dan Minggu (10 Maret 2019) di Provinsi Satun dan Phatthalung di Thailand bagian selatan.
Sementara itu, tujuh IED lainnya yang ditemukan berhasil dijinakan oleh pasukan keamanan Thailand, menurut media lokal. Otoritas setempat menduga peledakan IED itu dilakukan oleh separatis atau kelompok kejahatan yang terlibat dalam politik.
Untungnya, ledakan itu tidak mengakibatkan korban jiwa, namun sejumlah bangunan termasuk kantor polisi di Satun rusak, menurut Channel 3 pada Minggu (10 Maret 2019).
Baca juga: Gempa Politik di Thailand Pasca Putri Raja Jadi Kandidat Perdana Menteri
Satun dan Phatthalung terletak di dekat Provinsi Narathiwat, Yala, dan Pattani di selatan Thailand. Di wilayah itu berbatasan langsung dengan Malaysia dengan mayoritas penduduk Melayu dan Muslim, seperti dilansir Sputnik, Senin (11/3/2019).
Kekerasan di wilayah itu meningkat pada tahun 2000, dan dinyatakan sebagai keadaan darurat pada 2004. Di tengah-tengah kekacauan, beberapa kelompok militan Muslim menuntut otonomi daerah untuk pemisahan lengkap dari Thailand.
Baca juga: Gagal Menjadi Kandidat PM Thailand, Putri Ubolratana Minta Maaf
Sekitar 6.500 orang telah tewas selama konflik berkelanjutan, dengan mayoritas dari mereka merupakan warga sipil.
Thailand juga diharapkan akan mengadakan pemilu pada tanggal 24 Maret, untuk pertama kalinya sejak kudeta militer di tahun 2014.
Alat peledak improvisasi (IED) adalah sebuah bom yang dibuat dan ditempatkan dengan cara selain tindakan militer konvensional. Alat ini dapat dibuat dari bahan peledak militer konvensional, seperti putaran artileri, yang dilekatkan pada mekanisme peledakan.
- Penulis :
- Noor Pratiwi
