
Pantau.com - Jelasnya, sikap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump jelasnya tak hanya berdampak kepada pegawai negeri sipil (PNS) di AS.
Tetapi, mereka yang mencari peruntukan bisnis di AS juga terkena dampak. Salah satunya warga Indonesia yang membuka usaha kuliner di AS. Dikutip VoA, Andre Masfar, pemilik food truck makanan khas Indonesia, Java Cove, yang beroperasi di wilayah Washington, D.C sejak tahun 2015 lalu juga sepi pembeli.
Memang di tengah musim dingin di Amerika seperti sekarang ini pendapatan Java Cove tidak sebanyak di musim panas, dimana banyak orang yang lebih memilih keluar untuk makan siang, ditambah juga dengan kehadiran para turis yang datang dari berbagai negara.
Baca juga: Suara Para Pengusaha Pasca Debat Perdana Pilpres 2019
Namun, ditambah dengan adanya penutupan pemerintah, penjualannya kini jauh lebih berkurang.
"Paling banyak 40 served. Tadi cuman 32," ujar Andre Masfar kepada VOA Indonesia.
"Kalau summer bisa 80an atau kalau bagus banget, bisa tembus 100," tambahnya.
Di Washington, D.C. biasanya pemilik food truck harus mengikuti undian rotasi untuk mendapatkan tempat-tempat yang strategis. Tetapi, di masa penutupan pemerintah seperti sekarang ini, sulit untuk mendapatkan keuntungan jika kebagian tempat di daerah gedung kantor pemerintahan.
"Semakin sepi saja. Minggu lalu orang masih banyak shopping. Mungkin karena habis Christmas ya, banyak yang (mengembalikan) barang atau turis yang lapar karena museum atau tempat-tempat di (Washington, D.C.) pada tutup," cerita Andre yang menjual paket makanan seperti nasi, rendang, atau sate seharga 11 dolar AS atau sekitar Rp155 ribu per porsinya.
Baca juga: Trump.... IMF Mulai Hitung Kerugian AS Akibat Shutdown Nih
Bulan Januari ini Andre memilih untuk tidak mengikuti undian, sehingga bisa memilih tempat yang lebih strategis. Biasanya lokasi yang diundi adalah tempat-tempat dekat kantor pemerintahan.
Sebagai contoh, jika mendapat undian untuk berjualan di daerah yang banyak terdapat kantor pemerintahan, seperti di dekat departemen luar negeri negeri AS, L’enfant Plaza, di Washington, D.C., biasanya akan sepi pengunjung.
"(Penjualan di) L’enfant turun 95 persen," kata Sonny Setiantoko, pemilik dua food truck bernama Sambal dan Sate Truck yang juga beroperasi di wilayah Washington, D.C., kepada VOA.
Sambal dan Sate Truck ini juga menjual makanan Indonesia seperti mie ayam, sate, dan tempe. Sonny mengaku penjualan selama tutupnya pemerintah Amerika ini turun 30 hingga 40 persen.
"Sepi saja, enggak seperti biasa. Enggak ada pegawai (yang membeli)," ujar Yunus yang juga bekerja untuk Sambal dan Sate Truck kepada VOA.
Baca juga: Kamu Guru? Cek Nih Gaji Mereka di Negara Lain, Mungkin Indonesia Bisa Adopsi
Untuk menghemat biaya operasional di kala sepi pelanggan, para pengusaha food truck ini banyak yang akhirnya bekerja sendirian tanpa bantuan karyawan lain. Jika harus mempekerjakan karyawan, Andre biasanya harus membayar 90 dolar AS atau sekitar Rp1,2 juta untuk membantunya selama minimal enam jam. Andre berharap agar penutupan pemerintahan di Amerika ini segera berakhir.
"Minggu depan enggak tahu deh, semakin sepi mungkin. Mudah-mudahan shutdown cepat selesai, deh," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni