
Pantau – Memasuki hari kedua awal perdagangan Asia, harga minyak mentah mengalami kenaikan harga, pada Selasa (23/5/2023). Investor memperkirakan pasar yang lebih ketat dipicu dengan kenaikan musiman permintaan bensin dan pengurangan pasokan dari produsen OPEC+.
"Harga minyak mengkonsolidasikan posisi terbawahnya, dibantu oleh peningkatan musiman permintaan bensin AS mulai minggu depan, pengurangan produksi oleh OPEC+ mulai bulan ini dan rencana pembelian AS untuk mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR)," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit dari Nissan Securities, Selasa (23/5/2023).
Hiroyuki mengatakan kekhawatiran atas pembicaraan plafon utang AS dan kemungkinan aka nada kenaikan suku bunga AS lebih berkelanjutan untuk membatasi keuntungan.
“Tetapi kekhawatiran atas pembicaraan plafon utang AS dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut membatasi keuntungan,” ujarnya.
Saat ini, minyak mentah berjangka Brent terangkat 20 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 76,19 dolar AS per barel pada pukul 00.52 GMT. Untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 21 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 72,26 dolar AS per barel.
Brent terangkat 0,5 persen pada Senin (22/5/2023), sementara WTI terkerek 0,6 persen, di tengah kenaikan 2,8 persen pada bensin berjangka AS menjelang liburan Memorial Day pada 29 Mei yang secara tradisional menandai dimulainya puncak musim permintaan bahan bakar musim panas.
Minggu lalu, Departemen Energi AS mengatakan akan membeli 3 juta barel minyak mentah buat mengisi SPR untuk pengiriman Agustus.
Pemotongan produksi sukarela oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, yang mulai berlaku bulan ini juga diperkirakan akan membuat pasar minyak tetap ketat.
Analis Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah laporan pada Senin (22/5/2023) bahwa mereka memperkirakan defisit (pasokan minyak) yang berkelanjutan mulai Juni.
“Karena pengurangan produksi OPEC+ sepenuhnya terwujud dan permintaan terus meningkat,” kata Sachs.
Asia akan memimpin sebagian besar pertumbuhan permintaan minyak itu, menambah konsumsi sekitar 2 juta barel per hari pada paruh kedua tahun ini, kata seorang eksekutif Vitol, Senin (22/5/2023).
Meski begitu, investor juga fokus pada negosiasi untuk menaikkan batas utang AS, konsumen minyak terbesar dunia.
Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy mengakhiri diskusi pada Senin (22/5/2023) tanpa kesepakatan tentang cara menaikkan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS dan akan terus berbicara hanya 10 hari sebelum kemungkinan gagal bayar.
Gagal bayar AS kemungkinan akan memicu kekacauan di pasar keuangan dan lonjakan suku bunga, yang berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar baik secara domestik maupun global.
"Harga minyak mengkonsolidasikan posisi terbawahnya, dibantu oleh peningkatan musiman permintaan bensin AS mulai minggu depan, pengurangan produksi oleh OPEC+ mulai bulan ini dan rencana pembelian AS untuk mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR)," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit dari Nissan Securities, Selasa (23/5/2023).
Hiroyuki mengatakan kekhawatiran atas pembicaraan plafon utang AS dan kemungkinan aka nada kenaikan suku bunga AS lebih berkelanjutan untuk membatasi keuntungan.
“Tetapi kekhawatiran atas pembicaraan plafon utang AS dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut membatasi keuntungan,” ujarnya.
Saat ini, minyak mentah berjangka Brent terangkat 20 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 76,19 dolar AS per barel pada pukul 00.52 GMT. Untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 21 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 72,26 dolar AS per barel.
Brent terangkat 0,5 persen pada Senin (22/5/2023), sementara WTI terkerek 0,6 persen, di tengah kenaikan 2,8 persen pada bensin berjangka AS menjelang liburan Memorial Day pada 29 Mei yang secara tradisional menandai dimulainya puncak musim permintaan bahan bakar musim panas.
Minggu lalu, Departemen Energi AS mengatakan akan membeli 3 juta barel minyak mentah buat mengisi SPR untuk pengiriman Agustus.
Pemotongan produksi sukarela oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, yang mulai berlaku bulan ini juga diperkirakan akan membuat pasar minyak tetap ketat.
Analis Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah laporan pada Senin (22/5/2023) bahwa mereka memperkirakan defisit (pasokan minyak) yang berkelanjutan mulai Juni.
“Karena pengurangan produksi OPEC+ sepenuhnya terwujud dan permintaan terus meningkat,” kata Sachs.
Asia akan memimpin sebagian besar pertumbuhan permintaan minyak itu, menambah konsumsi sekitar 2 juta barel per hari pada paruh kedua tahun ini, kata seorang eksekutif Vitol, Senin (22/5/2023).
Meski begitu, investor juga fokus pada negosiasi untuk menaikkan batas utang AS, konsumen minyak terbesar dunia.
Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy mengakhiri diskusi pada Senin (22/5/2023) tanpa kesepakatan tentang cara menaikkan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS dan akan terus berbicara hanya 10 hari sebelum kemungkinan gagal bayar.
Gagal bayar AS kemungkinan akan memicu kekacauan di pasar keuangan dan lonjakan suku bunga, yang berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar baik secara domestik maupun global.
#harga minyak mentah#presiden NS Trading#unit dari Nissan Securities#Hiroyuki Kikukawa#Presiden Joe Biden
- Penulis :
- Yohanes Abimanyu