Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Program Desa Devisa Pacu Ekspor Gula Aren Banten

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Program Desa Devisa Pacu Ekspor Gula Aren Banten
Foto: Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mendorong ekspor gula aren produksi Banten melalui Program Desa Devisa Gula Aren. (LPEI)

Pantau - Gula aren produksi Banten didorong untuk ekspor melalui Program Desa Devisa Gula Aren. Dorongan ini datang dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

LPEI, bersama Kemenkeu Satu, ExxonMobil Cepu Limited, dan Pemerintah Daerah Pandeglang, meresmikan Desa Devisa Gula Aren di Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten. Program ini meliputi 14 desa dengan 252 petani gula aren.

“Seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap kesehatan, ada kecenderungan yang terus bertumbuh untuk memilih alternatif gula rafinasi. Gula aren semakin populer karena memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dan kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Pasar gula aren juga didorong oleh tren produk berkelanjutan dan ethically sourced, karena proses produksi yang ramah lingkungan selaras dengan preferensi konsumen yang sadar sosial,” kata Economist LPEI Donda Sarah dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (25/12/2024).

Petani ini tergabung dalam Koperasi Anugerah Banten Nusantara dan didampingi oleh Yayasan Rasagama Wita Nusantara. Gula aren yang dihasilkan oleh petani ini memiliki keunggulan dan karakteristik, seperti indeks glikemik yang rendah dan penggunaan pewarna alami, sehingga aman untuk penderita diabetes.

Baca juga: Perbandingan Gula Putih dan Gula Aren untuk Kesehatan: Mana yang Lebih Baik?

Hingga kini, Desa Devisa Gula Aren Pandeglang telah mampu memproduksi 36 ton per tahun, dengan produk yang meliputi gula semut, gula cetak, gula cair, serta minuman serbuk yang telah diekspor secara tidak langsung ke Malaysia.

Melalui program Desa Devisa, para petani gula aren mendapatkan pelatihan dan pendampingan yang komprehensif, termasuk penguatan manajemen kelembagaan, pelatihan teknis ekspor, penyuluhan sertifikasi, perluasan akses pasar ekspor, dan peningkatan kapasitas produksi.

“Kami berharap dengan pendampingan dari LPEI dan ExxonMobil Cepu Limited, para petani dapat meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing, sehingga dapat memperluas akses pasar global dan mendorong ekspor nasional,” kata Kepala Divisi SMEs Advisory Services Maria Sidabuta.

Senada, VP Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Dave Seta menilai program ini menjadi salah satu bentuk komitmen ExxonMobil Indonesia untuk mendukung program pemerintah dari sisi pemberdayaan ekonomi. Kolaborasi yang baik antara berbagai pemangku kepentingan diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan produk gula aren di pasar ekspor.

Baca juga: Pedagang Gula Aren Cimenga Lebak Kempit Omzet Rp10 Juta per Pekan

Adapun LPEI mencatat, ekspor gula aren Indonesia semakin diminati di pasar global. Hal ini tercermin dari nilai ekspor gula aren Indonesia yang mengalami peningkatan signifikan sebesar 9,79 persen menjadi 58,01 juta dolar AS, dengan volume ekspor naik 3,38 persen menjadi 31,41 ribu ton sepanjang Januari hingga Oktober 2024 (yoy).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh Economist LPEI menunjukkan tren positif ekspor gula aren, didorong oleh peningkatan ekspor ke negara-negara tujuan utama.

Peningkatan ekspor tertinggi selama periode tersebut dicatatkan kepada negara tujuan Jerman yang naik 1,28 juta dolar AS, Belanda yang naik 1,22 juta dolar AS, Inggris yang naik 892,12 ribu dolar AS, Republik Dominika yang naik 841,57 ribu dolar AS, dan Kanada yang naik 500,25 ribu dolar AS.

Baca juga: Rejang Lebong Produksi Gula Aren 5.443 Ton per Tahun

Penulis :
Ahmad Munjin