
Pantau - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan aksi pembelian kembali (buyback) saham perseroan dengan menggunakan sisa anggaran sebesar Rp2,5 triliun.
Buyback Saham Tahap Kedua Disiapkan
Direktur Finance & Strategy BRI, Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari, menyatakan bahwa aksi buyback ini telah memperoleh persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan yang digelar pada 24 Maret 2025.
Dalam RUPS tersebut, BRI telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp3 triliun untuk keperluan buyback saham.
Buyback tahap pertama telah dilaksanakan pada bulan April 2025.
"Pada RUPS tahunan tanggal 24 Maret 2025, kami telah memperoleh persetujuan untuk melakukan buyback dalam periode 12 bulan sejak persetujuan Maret tersebut. Kami memperoleh budget kurang lebih sekitar Rp3 triliun dan saat ini, kami masih memiliki budget sekitar Rp2,5 triliun," ungkapnya.
BRI menilai harga sahamnya saat ini berada pada posisi undervalued, sehingga menjadi momentum strategis untuk melanjutkan pembelian kembali saham.
Pada penutupan perdagangan Kamis sore, harga saham BBRI tercatat sebesar Rp3.890 per lembar.
Harga tersebut telah mengalami penurunan sebesar 7,13 persen sejak awal tahun (year-to-date/ytd) dan 16,99 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Buyback ini tidak hanya bertujuan menjaga stabilitas harga saham, tetapi juga mendukung program kepemilikan saham bagi karyawan BRI.
Dividen Interim Tetap Dibagikan
Di tengah rencana buyback, Viviana juga menegaskan bahwa BRI akan tetap membagikan dividen interim pada bulan Januari 2026.
"Jadi, akan ada dividen interim di bulan Januari, dan juga nanti dividen finalnya setelah kami melakukan RUPS tahunan," ia mengungkapkan.
Pembagian dividen dalam dua tahap merupakan kebijakan rutin BRI sebagai upaya memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham.
Kinerja keuangan BRI hingga akhir kuartal III 2025 menunjukkan performa yang solid dengan laba bersih mencapai Rp41,2 triliun.
Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp2,12 kuadriliun.
Dari sisi likuiditas, rasio loan-to-deposit (LDR) BRI berada pada angka 86,5 persen.
Sementara itu, rasio liquidity coverage ratio (LCR) tercatat pada level 141,3 persen.
Rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) berada di angka 3,08 persen.
Adapun rasio cakupan kerugian kredit macet (NPL coverage ratio) tercatat sebesar 183,1 persen.
"Kondisi ini menunjukkan kemampuan BRI menyerap risiko sekaligus menyediakan ruang untuk ekspansi bisnis yang sehat dan berkelanjutan," ungkapnya.
- Penulis :
- Leon Weldrick









