
Pantau - Sebanyak 883 pekerja di Jepang mengalami stres terkait pekerjaannya, depresi hingga masalah mental. Jumlah tersebut meningkat 173 dari tahun fiskal 2022.
Dikutip dari The Japan News, Selasa (23/7/2024), Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan mengatakan bahwa pada tahun fiskal lalu pelecehan pelanggan sebagai penyebab masalah terkait pekerjaan dan 52 pekerja diakui sebagai korban pelecehan pelanggan.
Berdasarkan kelompok usia, jumlah korban terbesar sebanyak 239 orang dari kelompok usia 40 tahun, diikuti oleh 206 orang berusia 20 tahun dan 203 orang berusia 30 tahun. Mereka yang berusia 39 tahun atau lebih muda menyumbang sekitar setengah dari kasus-kasus tersebut.
Dalam hal penyebab masalah, 157 korban menderita pelecehan kekuasaan oleh atasan, yang merupakan jumlah terbesar, diikuti oleh 111 korban yang mengalami atau menyaksikan kecelakaan atau bencana yang menyedihkan, dan 103 korban pelecehan seksual.
Tujuh puluh sembilan korban melakukan atau mencoba bunuh diri, meningkat 12 orang dari tahun fiskal sebelumnya.
Kasus pelecehan pelanggan, di mana karyawan menghadapi tuntutan yang tidak rasional dari pelanggan, ditambahkan sebagai kategori baru penyebab masalah yang berhubungan dengan pekerjaan pada bulan September tahun lalu.
Diyakini bahwa pekerja wanita di bidang-bidang seperti perhotelan, keperawatan dan perawatan medis lebih cenderung menjadi korban pelecehan pelanggan. Dari 52 korban yang teridentifikasi, 45 di antaranya adalah perempuan.
Sementara itu, jumlah pekerja yang diakui menderita penyakit atau cedera akibat kerja karena terlalu banyak bekerja yang menyebabkan penyakit otak atau jantung meningkat 20 orang dari tahun fiskal sebelumnya menjadi 214 orang. Dari jumlah tersebut, 56 di antaranya meninggal dunia.
Di antara kategori pekerjaan, pengemudi profesional, seperti pengemudi truk, menyumbang jumlah terbesar, yaitu 64 orang.
[Sumber: The Japan News]
- Penulis :
- Abdan Muflih