Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Media Asing Soal Bebasnya Ahok: Akankah Dijadikan Alat Politik Pilpres 2019?

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Media Asing Soal Bebasnya Ahok: Akankah Dijadikan Alat Politik Pilpres 2019?

Pantau.com - Mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang sebelumnya dikenal dengan sebutan Ahok akan dibebaskan dari hukuman penjara hari Kamis (24/1/2019) atas kasus penistaan terhadap Al Quran.

Melansir ABC News, pengamat hukum dan politik di Australia berpendapat pembebasan Ahok terjadi di saat kondisi politik di Indonesia sedang sensitif, tiga bulan menjelang pemilihan umum di Indonesia.

"Tidak diragukan lagi lawan Jokowi akan berusaha menggunakannya untuk melawan Jokowi dan tak diragukan juga akan ada kemungkinan upaya mempermasalahkannya," kata Tim Lindsey, Direktur Centre for Indonesian Law, Islam and Society di University of Melbourne kepada ABC.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengumumkan akan membebaskan Abu Baka Ba'asyir lebih awal, yang tadinya akan bersamaan dengan pembebasan Basuki. Dr. Lindsey bependapat keputusan pembebasan itu menjadi tanda adanya kecemasan dalam kubu Jokowi dengan adanya dampak dari pembebasan Ahok.

Baca juga: Media Asing Soal Pembebasan Ba'asyir: Jokowi di Antara Dua Karang

"Ahok memiliki kaitan erat dengan Jokowi, jika ia melepaskan Ba'asyir, yang dianggap sebagai garis keras, maka setiap kali ada upaya mengangkat masalah Ahok soal penistaan agama atau hujatan kepada Jokowi, maka akan dilawan dengan pembebasan Ba'asyir," katanya.

"Membebaskan Ba'asyir setelah ia menjalani dua pertiga dari hukuman penjaranya akan menangkal kemungkinan dampaknya dari pembebasan Ahok," ungkapnya.

Sosok Basuki telah dianggap pendukungnya sebagai simbol pluralisme dan toleransi, tetapi Dr.Lindsey mengatakan Jokowi mengabaikan apa yang dilihatnya sebagai kekurangan dan menunjukkan betapa lemahnya Jokowi dalam membela keberagaman.

"Apakah ia masih akan memposisikan dirinya sebagai simbol pluralisme masih harus dilihat. Jika ia melakukannya, mungkin akan jadi satu-satunya yang tersisa di ruang publik Indonesia. Jika secara terbuka mendukung pluralisme dan toleransi beragama dan etnis di Indonesia pada saat ini, akan menjadi sesuatu hal yang membahayakan," kata Dr Lindsey.

Baca juga: Keluar dari Mako Brimob, Ahok Dijemput Pihak Keluarga

Dr. Lindsey juga berpendapat jika Basuki kembali ke dunia politik, maka akan beresiko bagi dirinya sendiri, karena bisa mendapat hujatan dari kelompok Muslim konservatif di Indonesia.

Philip Vermonte, Direktur Eksekutif dari lembaga Centre For Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan kepada ABC bahwa akan lebih baik jika pihak-pihak menahan diri untuk memberikan komentar-komentar di saat suhu perpolitikan yang sedang sensitif.

"Jika baik Jokowi atau Ahok melakukan sesuatu yang akan dianggap sebagai tindakan provokatif oleh lawan politiknya, maka akan mudah untuk membuat gejolak-gejolak dalam politik," ujarnya kepada ABC.

"Kita sudah melihat Jokowi selama ini bersikap netral soal Ahok dan kita berharap ia tidak akan menggunakan Ahok sebagai proksi politik untuk menggalang dukungan. Tidak saja hal ini akan lebih baik untuk Jokowi dan Ahok, tapi juga untuk negara secara keseluruhan," ucapnya.

Penulis :
Noor Pratiwi

Terpopuler