Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Pementasan 'Bunga Penutup Abad' untuk Ketiga Kalinya Punya Ending Berbeda

Oleh Rifeni
SHARE   :

Pementasan 'Bunga Penutup Abad' untuk Ketiga Kalinya Punya Ending Berbeda

Pantau.com - Siapa yang tidak kenal Pramoedya Ananta Toer, sastrawan besar Indonesia yang 50 karyanya masih hidup hingga kini dan selalu bisa dinikmati, bahkan oleh para milenials sekalipun.

Kabar gembiranya, karya pria yang juga seorang pejuang kemerdekaan itu sudah diangkat dalam pementasan teater 'Bunga Penutup Abad' dari tulisan Pram yang berjudul 'Bumi Manusia' dan 'Anak Semua Bangsa'.

Manisnya, dua kali penampilan selalu diminati dengan penonton yang membludak memadati area teater di Jakarta (2016) dan Bandung (2017). Puncaknya pada pameran arsip milik Pram pada April 2018 bertajuk 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip', berhasil membuat 36 ribu pengunjung merasa rindu dengan karya pria kelahiran Blora, 6 Februari 1925 itu. 

Salah satunya aktor yang juga bermain dalam teater 'Bunga Penutup Abad', Reza Rahadian yang mengaku rindu.

"Tampil teater lagi bagus kali ya," celetuk Reza saat itu. 

Didengar Happy Salma selaku produser teater sekaligus Founder Titimangsa Founder, lantas langsung menyanggupi keinginan Reza. Padahal Reza mengaku hanya iseng, tidak se-serius dan se-antusias itu.

"Cuma biasa, enggak yang ngotot banget," aku Reza dengan mimik lucu saat konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (31/10/2018).

Bagi seorang seniman teater buah karya dengan pemain dan cerita yang sama dipentaskan saat pertama kali adalah 'hadiah', dipentaskan kedua diartikan 'karya luar biasa', dan saat ketiga kalinya sebuah 'anugerah dan kehormatan'.

"Ditampilkan lagi dengan cerita yang sama, tapi dengan ending berbeda. Membuat para pemainnya merasa sebuah anugerah dan kehormatan, karena tidak semua karya teater atau jarang mendapatkan kesempatan itu," ujar Lukman Sardi.

Baca juga: Pertunjukan Teater 'Bunga Penutup Abad' akan Kembali Ditampilkan

Menampilkan ending berbeda dengan jalan cerita yang selaras di dua tahun sebelumnya, teater yang sarat dengan budaya Hindia-Belanda ini menghadirkan wajah baru. Marsha Timothy dipilih sang sutradara Wawan Sofwan untuk perankan Nyai Ontosoroh, yang sebelumnya dimainkan langsung oleh Happy Salma, yang memilih konsen jadi produser teater.

Peran yang vital memang, karenanya istri dari Vino G Bastian itu sempat ragu untuk menerimanya. Sebelum menerima dan meminta pendapat dari berbagai kenalan, semuanya malah sepakat agar Marsha tak melewatkan kesempatan tersebut.

Langkah ini sekaligus jadi pembuktian dari Happy, bahwa tidak ada satupun peran yang jadi hak milik atau diidentikkan dengan seorang aktor atau aktris tertentu.

"Mereka bebas diinterpretasikan, diolah dan dimainkan oleh setiap aktor dalam gaya pemeranan yang berbeda," jelas Happy.

"Lebih lagi, sebagaimana kita tahu, karya seni selalu memiliki banyak pintu kemungkinan dalam menafsirnya," sambungnya.

Masih setia dengan pemain lainnya, Chelsea Islan tetap hadir perankan Annelies, Reza Rahadian tetap sebagai Minke, pemain cilik Sabia Arifin berperan sebagai May Marais.

Baca juga: Maudy Koesnaedi Lebih Pilih Bermain Teater daripada Film

Lebih besar dari dua lokasi pementasan sebelumnya, Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki dipilih sebagai tempat pementasan pada 17 dan 18 November 2018 mendatang. Sayang hanya sekitar 145 tiket yang tersisa dari 2264 total tiket yang dijual di www.tiket-titimangsa.com, dan itupun kursi VVIP yang tertinggal.

Benang merah cerita ada pada hubungan Minke dan Nyai Ontosoroh yang harus berpisah dari Annelies yang pergi ke Batavia karena suatu perjanjian. Nyai yang khawatir menugaskan pengawal untuk menemani Annelies. 

Selama perjalanan pengawal tersebut berkirim surat tentang tempat yang dilalui Annelies untuk Minke dan Nyai, yang berhasil membawa ketiganya mengenang masa-masa perkenalan dulu.

Sampai ketika Annelies meninggal dunia di Belanda, Minke bersedih dan bersikukuh mengunjungi Annelies, sekaligus menempuh sekolah kedokteran di sana. Dalam perjalanannya, Minke memeluk erat sebuah lukisan karya Jean Marais yang berjudul 'Bunga Penutup Abad'.

Penulis :
Rifeni