Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Filosofi Angsa Sebagai Pelajaran bagi Manusia

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Filosofi Angsa Sebagai Pelajaran bagi Manusia
Foto: Ilustrasi (Freepik)

Pantau - Mungkin teman-teman sudah tidak asing dengan angsa, salah satu hewan yang hidup di lingkungan tropis yang membuat hewan ini bisa hidup di berbagai lingkungan seperti sungai, danau dan juga daratan, karena memiliki kemampuan adaptasi yang baik.

Tubuhnya yang besar serta leher panjang dan juga bulu yang halus dan putih bersih membuatnya digambarkan sebagai simbol yang berkaitan dengan Saraswati sebagai wahana (kendaraan suci).

Selain itu, angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna. Memiliki kemampuan memilah susu di antara lumpur, memilah antara yang baik dan yang buruk.

Kecerdasan dalam berkelompok membuat angsa selalu dikaitkan dengan pelajaran yang harus bisa dipahami oleh manusia, untuk bisa terus berkarya dan memiliki kemampuan dan daya nalar yang tinggi. Dari hal tersebut kemudian muncul istilah filosofi angsa, berikut beberapa perilaku Angsa yang kemudian bisa dijadikan nilai pembelajaran bagi kita sebagai manusia.

Baca juga: Memahami Filosofi Gelas Kosong, Kunci untuk Belajar dan Berkembang

Warna Bulu Angsa Melambangkan Kesucian dan Ketenangan

Meskipun angsa ketika lahir tidak berwarna putih melainkan warna keabu-abuan dan angsa dibelahan bumi selatan cenderung lebih cokelat atau memiliki warna belang-belang, juga ada yang berwarna hitam, dan coklat.

Namun pada dasarnya angsa memiliki filosofi sebagai simbol kesucian. Bulunya yang sangat lembut menggambarkan ketenangan, dan warna putihnya melambangkan kesucian dari hewan tersebut, sehingga siapa saja yang melihatnya akan merasa nyaman.

Hal tersebut menjadi salah satu refleksi bagi manusia untuk menjadi manusia yang lemah lembut serta terus memperbaiki diri dengan begitu mereka dianalogikan seperti angsa sebagai simbol hati suci dari manusia yang jujur dan adil.

Memiliki Daya Kritis dalam Mengambil Keputusan 

Sebagai mahkluk yang diciptakan paling sempurna dibanding makhluk lain oleh Tuhan, manusia memiliki fungsi otak diatas rata-rata dibandingkan hewan.

Namun karena manusia juga diberikan hawa nafsu, hal ini membuat manusia terkadang melakukan sesuatu diluar batas moral dan etik manusia pada umumnya.

Baca juga: Ini Cara Menikmati Nasi Tumpeng yang Benar, Ada Filosofinya

Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk melihat bagaimana mengontrol emosi, sebagai contoh bagaimana angsa yang mampu memilah dan memilih susu yang berada satu wadah dengan lumpur. Sebab, angsa merupakan hewan yang cerdik, tajam pendengarannya, setia kawan, dan selalu hidup harmonis dengan sesamanya.

Hal tersebut bisa menjadi bahan refleksi bahwa sebagai manusia kita harus bisa memilih mana yang baik dan mana yang dapat berakibat buruk pada kehidupan kita. Karena jika angsa saja bisa melakukan, tentu manusia yang diciptakan dengan kemampuan nalar yang lebih juga harus bisa berpikir kritis dalam mengambil keputusan.

Belajar Menjadi Mahluk yang Setia 

Berbicara soal kesetiaan kepada manusia mungkin akan sangat panjang dan rumit, karena manusia yang sudah diberikan akal sempurna saja pada banyak kasus sering menghianati pasangannya, hal ini justru terbalik dengan Angsa yang sangat terkenal sebagai salah satu hewan yang paling setia.

Selain dikenal dengan kecantikannya, angsa juga terkenal sebagai lambang kesetiaan. Sebutan sebagai simbol kesetiaan bukan tanpa alasan karena sepanjang hidupnya angsa hanya memiliki satu pasangan hidup. 

Baca juga: Filosofi Kopi Kini Rambah Bisnis Fashion

Oleh sebab itu, tak sedikit juga yang menggunakan simbol angsa saat merayakan hari pernikahan atau pada saat pernikahan berlangsung sebagai pengingat janji suci bagi setiap pasangan untuk tetap setia dalam keadaan apapun.

Kompak dalam Pelbagai Kegiatan dan Saling Menjaga

Jika kita lihat sifat manusia saat ini selalu terlibat konflik berkepanjangan, manusia selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan melakukan berbagai cara untuk bisa menjatuhkan lawannya dalam mencapai tujuan.

Hal tersebut justru terbalik dengan angsa, hewan ini kembali mengajarkan kita bagaimana cara hidup damai dan saling menjaga anggota kelompok masing-masing dari berbagai ancaman dari luar dengan selalu gotong royong.

Angsa rutin melakukan migrasi untuk bisa mencari sumber kehidupan yang layak bagi kelompok mereka, dan mereka sangat sadar bahwa di dunia luar akan ada banyak ancaman yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, mereka selalu berkelompok ketika melakukan perjalanan migrasi.

Baca juga: Logo Hyundai: Sejarah-Filosofi Huruf 'H' dan Arti Warna

Hal ini lah yang menjadi pelajaran bagi kita sebagai manusia untuk terus menjaga perdamaian dengan berkelompok sebab kita merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, membuang jauh jauh sifat egois merupakan salah satu filosofi yang didapatkan dari Angsa.

Pemimpin yang Bertanggungjawab dan Tidak Otoriter

Jika angsa di depan merasa lelah, angsa di belakang akan menggantikannya. Hal Ini menunjukkan bahwa setiap orang harus siap mengambil tanggung jawab jika diperlukan, karena mereka harus saling bahu membahu dan tidak mengandalkan selalu pemimpinnya. 

Filosofi ini juga menggambarkan pemimpin yang baik adalah mereka yang tahu kapan harus mundur dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memimpin.

Kesimpulan 

Filosofi angsa memberikan banyak pelajaran berharga tentang kehidupan. Dari ketenangan dan jiwa suci, daya kritis dalam mengambil keputusan, kesetiaan dalam hubungan, kompak dan saling gotong royong  hingga belajar menjadi pemimpin yang bertanggung jawab serta tidak otoriter, menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mengadopsi filosofi angsa untuk menjadi individu yang lebih baik, baik dalam peran kita sebagai pemimpin, pasangan, atau anggota tim. Alam selalu memberikan inspirasi yang berharga, dan angsa adalah salah satu simbol terbaik dari kebersamaan dan ketahanan.

Laporan: Bayu Aji Pamungkas

Penulis :
Latisha Asharani