
Pantau - Pernah nggak sih kita dengar perbincangan soal filosofi? Filosofi sendiri jika diadaptasi dari ajaran filsafat timur, dan juga dalam ajaran Zen Buddhisme dan Taoisme, memiliki arti kearifan, kebijaksanaan dan makna pemikiran. Berbicara tentang filosofi seolah tak ada habisnya. Tanpa kita sadari semua hal yang ada di dunia ini memiliki filosofi masing-masing, filosofi sendiri secara etimologi memiliki arti cinta dan kebijaksanaan dan orang yang mendalami ilmu filsafat atau filosofi disebut filsuf.
Beberapa filosofi tentang gelas kosong mungkin sudah pernah kita dengar, ada banyak analogi yang digunakan oleh filsuf dalam memaknai sebuah gelas kosong dengan sudut pandang kehidupan manusia, teman teman yang baru mendengar mungkin akan terdengar tabu dengan filosofi “Gelas kosong,” bagi kita yang awam tentu gelas kosong hanya sebuah benda mati dan tidak memiliki makna dalam tentang kehidupan. Untuk lebih paham lagi dan tidak penasaran kita coba telaah beberapa makna filosofi gelas pada kehidupan yuk kita simak!
Seni Rendah Hati dalam Menerima Ilmu seperti Gelas Kosong
Gelas sendiri memiliki makna sebagai keadaan manusia yang harus senantiasa mendekatkan diri dengan prasangka baik dan menerima semua hal positif yang dapat membawa perubahan dalam kehidupan, dari filosofi gelas kosong manusia diharapkan harus senantiasa menyingkirkan semua sikap kesombongan diri serta menumbuhkan sikap butuh akan pengetahuan baru dan siap menerima kritik serta saran.
Membangun Empati dan Kerendahaan Hati Melalui Filosofi Gelas Kosong
Sebagai manusia, tentu kita tidak luput dari kesalahan dan dosa, dengan penuh kesadaran diri diharapkan akan membangun sikap kita untuk terus memperbaiki diri dan tidak merasa diri kita paling benar. Dengan sikap rendah hati, tentu secara otomatis akan menumbuhkan rasa empati, membantu kita membangun hubungan yang baik dengan manusia. Dengan memegang teguh prinsip rendah hati akan membantu kita dalam melihat kacamata dunia dengan banyak hal yang positif, sehingga tidak bias ketika melihat sebuah fenomena dan lebih memilih untuk bersikap rasional dalam mengambil keputusan.
Membentuk Karakter yang Inovasi dan Kreatif
Selayaknya sebuah gelas kosong, yang dapat di isi oleh berbagai jenis air baik itu air putih, air kopi, atau bahkan air dari kali yang tercemar. Diri seseorang dianalogikan seperti gelas yang dapat diisi dengan dengan banyak hal, sikap dan kebiasaan gelas kosong akan membuka peluang kita melihat sesuatu dari berbagai perspektif berbeda dalam menciptakan ruang ide yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan
Membentuk Idealitas dalam Menuntut Ilmu
Dengan sikap keterbukaan diri akan membuat kita terbuka cakrawala berpikir serta mampu melihat realitas kehidupan dengan bijak, orang yang terbiasa terbuka dan menerima segala masukan seperti diibaratkan gelas kosong yang siap diisi oleh ilmu akan memiliki referensi yang dimiliki dan dapat mengelaborasikan sehingga membentuk perspektif yang luas dan proaktif dalam pembelajaran.
Meningkatkan Kemampuan Mengelola Emosi
Praktik gelas kosong dapat membuka pemahaman kita tidak hanya pada ilmu pengetahuan saja, tetapi juga terhadap kemampuan dalam mengontrol emosi dan pengalaman orang lain. Mengelola emosi, orang yang terbiasa terbuka menerima segala macam informasi akan terbiasa mengelola emosi dari dan orang lain. Kita akan menjadi lebih mampu mendengar tanpa prasangka dan mencoba menganggap semua hal positif, sehingga orang disekitarnya akan merasa nyaman karena merespon semua hal dengan bijaksana.
Kesimpulan
Filosofi gelas kosong mengajarkan pembelajaran yang berharga, dengan sikap rendah hati dan terbuka terhadap pengetahuan baru. Selama ilmu tersebut dalam koridor yang baik dan tidak menyimpang, filosofi gelas kosong bukan hanya sebagai istilah semata karena memiliki ungkapan pandangan secara subjektif dimana seseorang harus melihat sebuah kekosongan sebagai peluang mereka untuk menerima segala ilmu yang dapat menunjang pengetahuan luas. Gelas kosong adalah metafora yang kuat untuk menggambarkan ruang hampa, dimana seseorang dapat memaksimalkan ruang kosong di dalam dirinya untuk menerima ilmu yang bermanfaat, agar ruang yang kosong itu tidak terisi oleh hal yang negatif.
Laporan: Bayu Aji Pamungkas
- Penulis :
- Latisha Asharani