Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Kontroversi "UNDER15", Audisi K-Pop Anak di Bawah Umur yang Tuai Kecaman Publik

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Kontroversi "UNDER15", Audisi K-Pop Anak di Bawah Umur yang Tuai Kecaman Publik
Foto: Para peserta "Under15" (instagram.com/crea_under15_official)

Pantau - Sebuah program audisi K-pop terbaru menuai kritik tajam dari penggemar di seluruh dunia. Acara ini dikritik karena merekrut anak perempuan di bawah usia 15 tahun untuk bersaing demi tempat di grup idola baru. Para ahli menilai konsep acara ini berisiko mengeksploitasi dan menormalisasi seksualisasi anak di bawah umur dengan dalih hiburan.

Program Audisi yang Dipertanyakan

Program yang menjadi sorotan ini adalah "UNDER15," produksi stasiun televisi MBN. Acara ini menampilkan 59 kontestan kelahiran 2009 ke atas dan mengklaim sebagai proyek pertama di dunia yang mencari bakat K-pop di bawah usia 15 tahun.

Audisi ini dipimpin oleh Seo Hye-jin, CEO Crea Studio, yang sebelumnya sukses dengan waralaba acara trot "Miss Trot" dan "Mister Trot." Dalam pernyataannya saat peluncuran, Seo mengungkapkan ambisinya untuk membentuk "BLACKPINK versi di bawah umur," sebuah pernyataan yang semakin memicu kontroversi.

Promosi acara ini pun memperlihatkan para peserta dengan riasan tebal dan busana mencolok, serta koreografi yang dinilai tidak pantas untuk anak-anak. Bahkan, peserta termuda dalam acara ini berusia delapan tahun, dengan lima di antaranya lahir pada 2016.

Baca juga: Pledis Umumkan Wonwoo SEVENTEEN Akan Jalani Wajib Militer Mulai April 2025

Gelombang Kritik di Media Sosial

Sejak diumumkan, "UNDER15" langsung mendapat kecaman di media sosial. Banyak pengguna internasional menyuarakan kekhawatiran mereka terkait eksploitasi anak di bawah umur.

Tak sedikit yang menyebut program ini sebagai ajang yang "mengundang para predator." Di Korea, kemarahan publik semakin besar seiring skandal aktor Kim Soo-hyun, yang dituduh melakukan pelecehan terhadap mendiang aktris Kim Sae-ron saat masih di bawah umur. Kedua isu ini memperkuat kekhawatiran tentang kurangnya perlindungan bagi anak-anak di industri hiburan.

Kritik juga ditujukan kepada para produser dan orang tua peserta. Berbagai komentar yang diterjemahkan dari netizen Korea berbunyi, "Produser dan orang tua seharusnya sadar diri," serta "Ini adalah konten yang berbahaya dari awal sampai akhir."

Menanggapi gelombang kritik, pihak produksi menonaktifkan kolom komentar di video promosi mereka di YouTube.

Kesenjangan Regulasi dan Perlindungan Anak

Menurut Undang-Undang Pengembangan Industri Seni dan Budaya Populer Korea, anak di bawah 15 tahun hanya boleh bekerja maksimal 35 jam per minggu dan dilarang tampil antara pukul 22.00 hingga 06.00.

Baca juga: BLACKPINK Jadi Girl Group K-Pop Pertama yang Tampil di Wembley Stadium

Namun, Korea belum memiliki regulasi khusus yang melarang seksualisasi anak dalam media, berbeda dengan negara lain. Di Amerika Serikat, hukum melindungi anak di bawah 18 tahun dari eksploitasi dalam media dan internet. Inggris, Prancis, dan China juga menerapkan pembatasan serupa.

Kritikus menilai budaya patriarki yang masih kuat di Korea menjadi penghambat kesadaran publik terhadap pelecehan anak. Sementara di negara lain, pelaku kejahatan seksual terhadap anak dipandang sebagai ancaman serius, di Korea, hukum yang mengatur isu ini masih kurang ketat.

Saat ini, Komisi Standar Komunikasi Korea (KCSC) memiliki wewenang untuk meninjau dan mengatur konten media. Banyak pihak mendesak KCSC untuk turun tangan menghentikan penayangan "UNDER15," yang dijadwalkan tayang perdana pada 31 Maret mendatang.

Tantangan bagi Industri K-Pop

Kritikus budaya Kim Hern-sik membandingkan perlindungan terhadap artis cilik di Korea dengan negara lain dalam sebuah artikel yang ditulisnya. Menurut Kim, di Inggris dan Jerman, anak-anak yang bekerja di industri hiburan mendapatkan hak pendidikan, kesehatan, dan istirahat yang dijamin. Di AS, partisipasi mereka harus disetujui oleh kepala sekolah dan diawasi oleh orang tua, guru, serta tenaga medis.

Kim menyoroti bahwa sistem trainee di industri K-pop berkembang dalam era ketika hak anak belum menjadi prioritas. Ia memperingatkan bahwa jika industri ini ingin mempertahankan pengaruh globalnya, perlu ada evaluasi mendalam terhadap perlakuan terhadap artis muda.

Baca juga: Kejutan Besar! Jake ENHYPEN Tiba-tiba Muncul di Universitas Trisakti, Bikin Heboh Satu Kampus

"Korea adalah satu-satunya negara yang secara sistematis melatih anak-anak sebagai bagian dari strategi bisnis hiburan. Jika praktik ini terus berlanjut, industri ini harus menyelesaikan isu-isu mendasar terkait hak asasi manusia. Jika tidak, K-pop bisa menghadapi boikot global di masa depan," pungkas Kim.

Dengan meningkatnya kesadaran global terhadap perlindungan anak, masa depan "UNDER15" dan konsep audisi serupa mungkin akan menghadapi tekanan yang semakin besar.

Penulis :
Latisha Asharani