Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pelajar Ambon Dilatih Pelestarian Laut dan Dampak Perubahan Iklim

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Pelajar Ambon Dilatih Pelestarian Laut dan Dampak Perubahan Iklim
Foto: Pelajar Ambon Dilatih Pelestarian Laut dan Dampak Perubahan Iklim(Sumber: ANTARA/HO-YPM)

Pantau - Sebanyak 64 pelajar SMA, SMK, dan mahasiswa di Ambon mengikuti pelatihan pelestarian laut dan perubahan iklim yang diinisiasi Yayasan Partisipasi Muda (YPM) Academia Politica, pada Minggu, 6 Juli 2025.

Program pelatihan bertema “Dampak Perubahan Iklim Ambon: Nelayan Sulit Dapat Ikan, Kita Sulit Dapat Makan” ini bertujuan menumbuhkan kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga lingkungan.

Isu Iklim Dikaitkan dengan Politik dan Kehidupan Sehari-hari

Co-Founder dan Executive Director YPM, Neildeva Despendya Putri, menyatakan bahwa program ini diharapkan bisa mencetak calon pemimpin di Ambon dan Maluku yang tanggap terhadap krisis iklim.

"Harapannya agar para partisipan yang hadir dapat tumbuh menjadi pemimpin di Ambon bahkan di tingkat Maluku dalam menghadapi tantangan krisis iklim," ungkapnya.

Ia juga menekankan bahwa pemahaman terhadap isu lingkungan harus kuat agar gerakan pelestarian dapat berhasil.

"Keterkaitan antara perubahan iklim dan politik membuka dengan pertanyaan reflektif, 'mengapa anak muda harus melek politik? Jawabannya, karena setiap keputusan politik berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari," jelas Neildeva.

Ia mencontohkan kualitas udara yang buruk dan energi kotor bisa mengganggu pernapasan masyarakat, sementara proyek tambang merusak laut dan menyulitkan nelayan mencari ikan.

Kerusakan Terumbu Karang dan Ancaman bagi Kelompok Rentan

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Pattimura, Dr. Mike J. Rolobessy, mengungkapkan bahwa perubahan iklim di Maluku paling nyata terlihat dari rusaknya terumbu karang.

"Aktivitas manusia seperti pengeboman ikan, pembuangan limbah, penggunaan jangkar sembarangan, dan bameti memperparah kerusakan tersebut," ujarnya.

Ia menyebut dampaknya meliputi kerusakan habitat ikan, gangguan alga dan tumbuhan laut, serta ancaman kepunahan spesies laut.

"Selain itu, pola migrasi ikan bisa berubah, sehingga nelayan pun kesulitan mencari ikan karena habitat alami ikan menghilang," jelas Mike.

Sementara itu, Program Manager Yayasan Rumah Generasi, R. Jemmy Talakua, menyoroti bahwa perubahan iklim berdampak lebih besar pada kelompok rentan.

"Anak-anak rentan kekurangan gizi akibat cuaca ekstrem, perempuan menghadapi risiko kekerasan, dan masyarakat adat kehilangan sumber penghidupan," terangnya.

Ia menegaskan pentingnya advokasi kebijakan inklusif untuk melindungi kelompok rentan, serta menekankan peran penting perempuan sebagai penjaga lingkungan dan pilar ketahanan keluarga.

Penulis :
Aditya Yohan