
Pantau - Pemerintah tengah mendorong pengembangan bioetanol dalam negeri sebagai bagian dari program mandatori etanol 10 persen (E10) pada bahan bakar minyak (BBM) yang ditargetkan mulai diterapkan tahun 2027, dengan sagu disebut sebagai bahan baku termurah untuk produksi etanol saat ini.
Sagu dan Cassava Jadi Andalan Bahan Baku
Pelaksana tugas Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, menyampaikan bahwa sagu merupakan bahan baku paling murah untuk memproduksi etanol.
"Kalau dari nilai bahan bakunya, itu memang sagu yang paling murah untuk bahan baku menjadi etanol saat ini," ungkapnya.
Pemerintah saat ini sedang mencari bahan baku paling efisien secara biaya, karena secara teknis proses pembuatan etanol relatif serupa antara satu bahan dengan lainnya.
Selain sagu, beberapa bahan baku lain yang berpotensi digunakan untuk produksi etanol di Indonesia antara lain singkong (cassava), jagung, dan tebu.
"Yang kedua termurah itu cassava (dari singkong). Kalau yang jagung itu sudah agak mahal. Nanti opsinya dibuka, mana yang paling bagus, itu yang didorong," jelas Putu.
Jika program swasembada gula nasional berhasil, maka tebu juga berpotensi tinggi sebagai bahan dasar etanol, terutama melalui pengembangan perkebunan tebu di Merauke, Papua Selatan.
"Di swasembada gula, itu molasses-nya akan meningkat hasilnya. Sehingga ini juga akan sangat potensial untuk masuk ke biofuel," tambahnya.
Selain itu, Kementerian Perindustrian juga sedang meneliti potensi tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku alternatif melalui proses fraksinasi untuk menghasilkan semi-selulosa yang dapat diolah menjadi etanol.
E10 Diresmikan, Pabrik Etanol Siap Dibangun
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui penerapan program mandatori etanol E10, yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap impor BBM.
Program E10 ditargetkan mulai berlaku pada tahun 2027, dengan kebutuhan etanol nasional diperkirakan mencapai 1,4 juta kiloliter per tahun.
Pemerintah menegaskan bahwa kebutuhan tersebut harus dipenuhi melalui produksi dalam negeri tanpa mengandalkan impor.
Untuk mendorong hal itu, pemerintah akan memberikan insentif bagi perusahaan yang membangun pabrik etanol di Indonesia.
Wakil Menteri Investasi/Hilirisasi BKPM, Todotua Pasaribu, mengungkapkan bahwa perusahaan otomotif Jepang, Toyota, telah menyatakan ketertarikannya untuk membangun pabrik etanol di Indonesia.
Program mandatori etanol ini juga diyakini akan memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat, seiring tumbuhnya industri biofuel nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








