
Pantau.com - Para petugas situng (Sistem Informasi Penghitungan Suara) Jakarta Pusat bercerita tentang tugas mereka memasukkan data pemilihan presiden dan legislatif, kerja berat yang terkadang sampai lebih dari 18 jam sehari.
Bayu Nuhroho, petugas pemilu di Jakarta Pusat, termasuk di antaranya. Sejak sebelum hari pencoblosoan hingga Jumat (26 Maret 2019), ia belum pulang bertemu dengan anak istrinya.
Ia terpaksa menginap di tempat data situng Jakarta Pusat. Sejak masa penghitungan suara, Bayu menjadi verifikator bersama empat orang lainnya untuk lebih dari 3.000 Tempat Pemungutan Suara se-Jakarta Pusat.
"Nunggu C1 dari bawah, kita memilah, kita mensortir, kita menginput, memverifikasi, dan jaringan sedang padat juga, lagi puncak-puncaknya, ya sudah kita full 24 jam, kalau dibilang lelah ya lelah, tapi ini tugas," cerita Bayu kepada BBC.
"Kadang kita juga tidur di depan laptop," tambahnya.
Baca juga: Biar Enggak Salah Paham, Ini Lho Syarat Pencoblosan Ulang Pemilu
Sudah tiga hari Bayu bekerja di bawah tenda itu. Sebelumnya Bayu bersama para petugas pemilu se-DKI bekerja bersama di sebuah hotel.
Bila petugas situng berhadapan dengan komputer, di lapangan, petugas yang menghitung jumlah suara secara manual tergabung dalam Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS. Sampai Kamis (25 April 2019) petugas KPPS yang meninggal dunia berjumlah 225 orang sementara yang sakit lebih dari 1.400 orang.
Petugas situng juga melakukan tugas yang menguras tenaga, seperti yang diceritakan Saidah yang menjadi operator dan penerima berkas. Saidah mengaku harus minum vitamin selama menangani hitungan suara agar bisa bertahan.
"Saya tidur kalau sudah kelelahan banget. Selama kemarin kami di hotel, saya sampai jam 03:00 pagi maksimal setengah empat saya baru ke kamar."
Pukul 08:00 pagi Saidah sudah harus kembali untuk bersiap-siap dan sejam kemudian sudah berada di depan komputer.
"Subuh baru bisa cepat," celetuknya.
Baca juga: Duh! Anies Unggah Sampah Kasur di Pintu Air Manggarai
Radiansyah yang juga bertugas sebagai verifikator mengatakan, pekerjaan mereka juga tak hanya mengandalkan mata dan konsentrasi.
"Sistemnya kalau server loading-nya lama, kita hanya sedikitnya saja untuk verifikasinya," katanya.
Artinya, jika server KPU lambat lantaran harus menerima hasil verifikasi dari seluruh Indonesia, akan memperlama proses kerja.
"Kalau kita subuh baru bisa cepat," lanjut Radiansyah.
Bagi Fauziah Ayunanda, yang menginput data, hari-hari pertama proses ini dilalui di depan komputer hingga pukul 04:00 pagi.
Sekarang, kata Fauziah, sudah lumayan, pukul 23:00 sudah bisa beristirahat, paling lama pukul 02:00 pagi.
"Stresnya mata lelah, lelah banget, soalnya datanya banyak, tangan kanan juga (pegal)," tambahnya.
Berapa honor yang diterima? "Rp1 juta untuk enam hari," kata Saidah. Itu dipotong pajak.
rn- Penulis :
- Nani Suherni