Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Waspada! Curah Hujan Tinggi Masih Berpotensi hingga 11 Maret 2025

Oleh Firdha Riris
SHARE   :

Waspada! Curah Hujan Tinggi Masih Berpotensi hingga 11 Maret 2025
Foto: Ilustrasi - Hujan. Sumber: Freepik

Pantau - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi di sejumlah wilayah Indonesia pada 4-11 Maret 2025, yang khususnya di bagian barat. dan Kepulauan Papua.

"Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangannya, Selasa (4/3/2025).

Guswanto memprediksi atmoster seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin akan tetap aktif di sebagian besar Sumatra, Jawa bagian Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah tersebut.

Analisis terbaru juga menunjukkan terbentuknya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia, tepatnya di barat Aceh, dan di selatan Papua. Keberadaan sirkulasi siklonik menyebabkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di berbagai perairan, termasuk Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, dan Maluku.

Baca juga: Ribuan Korban Banjir Jakarta Dipastikan Dapat Bantuan Memadai

Tak hanya itu, daerah pertemuan angin juga terdeteksi membentang di Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan. Kemudian, daerah perlambatan kecepatan angin lainnya juga terpantau memanjang dari Pesisir Timur Riau hingga Kepulauan Riau, dari Sumatra Barat hingga Sumatra Selatan, dari Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga Selatan Jawa Barat, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan, dari Laut Sulawesi hingga Kalimantan Timur.

Jadi menurutnya, kondisi itu berpotensi memicu peningkatan curah hujan di wilayah-wilayah tersebut dan dapat berdampak pada aktivitas maritim serta masyarakat pesisir.

Lebih lanjut, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang masih aktif di Kepulauan Papua turut memperkuat dinamika atmosfer di kawasan timur Indonesia. MJO berkontribusi terhadap peningkatan aktivitas konveksi yang dapat memperbesar potensi hujan deras di sejumlah wilayah.

Sedangkan, analisis labilitas lokal mengindikasikan potensi signifikan untuk perkembangan awan konvektif di berbagai daerah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dia menjelaskan labilitas atmosfer iti berperan dalam mendukung proses pembentukan awan hujan, terutama pada siang hingga sore atau malam hari.

Baca juga: Kemensos Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Bogor Senilai Rp227 Juta

Adapun dengan meningkatnya aktivitas atmosfer tersebut, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan deras yang disertai kilat, angin kencang, hingga kumungkinan terjadinya banjir di daerah rawan. Unuk itu, pemantauan cuaca perlu dilakukan.

"Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang," kata Guswanto.

Di sisi lain, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa pihaknya terus menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem lewat berbagai kanal komunikasi resmi, termasuk website, aplikasi mobile, sms blasting, dan media sosial.

"Namun, efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah dalam meresponsnya dengan langkah konkret. Diperlukan koordinasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan masyarakat guna meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi secara lebih cepat dan efektif," kata Dwikorita.

Baca juga: Tips Naik Gunung dengan Aman saat Musim Hujan

Penulis :
Firdha Riris