Pantau Flash
HOME  ⁄  Politik

PKB Ambil Langkah 'Pendisiplinan' Terhadap Yaqut Cholil Qoumas

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

PKB Ambil Langkah 'Pendisiplinan' Terhadap Yaqut Cholil Qoumas
Foto: Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.

Pantau - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan menyiapkan langkah pendisiplinan bagi Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas buntut dari pernyataannya.

Yaqut sempat menyebut untuk tidak memilih pemimpin hanya karena bermulut manis dan berwajah tampan.

"Kalau sebagai kader PKB, kami tentu sudah menyiapkan langkah-langkah pendisplinan," kata Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid kepada wartawan, Minggu (1/10/2023).

Sebelum menjabat Menag, Yaqut merupakan Wakil Ketua Komisi II DPR RI dari Fraksi PKB. Usai dilantik menjadi Menag, posisi itu digantikan oleh Luqman Hakim.

Jazilul menegaskan, cepat atau lambat pendisiplinan terhadap Yaqut itu akan dilakukan. Menurutnya, konstituen PKB juga bisa membedakan mana kader PKB yang sebenarnya dan kader palsu.

"Mana kader palsu, mana kader beneran, mana yang sesuai dengan visi partai dan taat pada seluruh perintah partai dan mana yang bukan," ucapnya.

Selain melalui mekanisme internal partai, Jazilul menilai, publik juga akan turut melakukan penilaian terhadap sikap Yaqut tersebut.

"Jangan membuat publik ini berspekulasi dan bingung dan menggiring opini yang enggak perlu," ujarnya.

Sebelumnya, Yaqut mengajak untuk memilih pemimpin yang tak hanya pandai berbicara dan bermulut manis. Ia meminta agar publik mencermati betul rekam jejak para calon yang akan bertarung di Pilpres 2024.

"Track record-nya bagus syukur, mukanya ganteng syukur, bicaranya manis, itu dipilih. Kalau nggak ya jangan, jangan pertaruhkan negeri ini kepada orang yang tidak memiliki perhatian kepada kita semua, cek track record-nya," kata Yaqut di Solo, Jumat (29/9/2023).

Selain itu, Yaqut mengingatkan agar tak memilih pemimpin yang menggunakan agama untuk kepentingan politik. Ia juga mengungkit beberapa Pemilu sebelumnya yang tak lepas dari komoditas agama.

"Kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemudian dua Pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan," tegas dia.

Penulis :
Aditya Andreas