billboard mobile
HOME  ⁄  Ekonomi

Penerimaan Sektor Kepabeanan dan Cukai Tumbuh, APBN Terjaga Baik

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Penerimaan Sektor Kepabeanan dan Cukai Tumbuh, APBN Terjaga Baik
Foto: Ilustrasi kepabeanan dan cukai. (beacukai.go.id)

Pantau - Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga Juli 2024 tercatat masih terjaga baik. Kondisi ini didukung pendapatan dan belanja negara yang optimal.

Salah satunya, kinerja penerimaan dari sektor kepabeanan dan cukai yang mencapai nilai Rp154,4 triliun atau tumbuh 3,1 persen (yoy).

Dalam konferensi pers APBN Kita pada Selasa (13/8/2024), Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati merinci, pendapatan negara hingga Juli lalu menyentuh angka Rp1.545,4 triliun atau 55,1 persen dari target.

Sedangkan belanja negara telah mencapai Rp1.638,8 triliun atau 49,3 persen dari pagu. Meskipun terdapat defisit APBN senilai Rp93,4 triliun, tetapi kondisi ekonomi masih mampu beradaptasi, dengan tumbuh solid di angka 5,05 persen (yoy) pada triwulan II tahun 2024.

“Kinerja belanja APBN terus berfokus dalam memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, antara lain melalui pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, insfrastruktur, perlindungan sosial, energi, pertanian dan UMKM,” ungkap Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (15/8/2024).

Baca juga: Anak Buah Jokowi Catat Penerimaan Bea Cukai Rp154,4 Triliun per Juli 2024

Dari sisi kepabeanan dan cukai, Encep pada Kamis (15/08) mengatakan bahwa sampai dengan Juli 2024, Bea Cukai turut berkontribusi Rp154,4 triliun lewat penerimaan bea masuk, keluar, dan cukai. Penerimaan bea masuk tercatat sebesar Rp29 triliun atau naik 2,1 persen (yoy), yang didorong penguatan kurs dolar AS dan pertumbuhan nilai impor. 

Kemudian, bea keluar tercatat sebesar Rp9,3 triliun atau naik 58,1 persen (yoy) karena faktor kebijakan relaksasi ekspor komoditas tembaga. Kenaikan juga terjadi di sektor cukai yang tercatat di angka Rp116,1 triliun atau naik 0,5 persen (yoy) karena adanya kenaikan produksi utama hasil tembakau (HT) Gol II dan III, dan kenaikan tarif dan produksi MMEA dalam negeri serta relaksasi penundaan pelunasan pita cukai.

Selain kinerja penerimaan, kinerja fasilitasi dan kinerja pengawasan DJBC hingga Juli 2024 juga menunjukkan hasil positif. Kinerja fasilitasi termasuk pemberian insentif kepabeanan tercatat sebesar Rp20,6 triliun atau tumbuh 19,1 persen (yoy). 

Fasilitas kawasan berikat dan KITE memberikan dampak nilai ekonomi berupa ekspor sebesar 53,8 miliar dolar AS dan nilai investasi 2,04 miliar dolar AS. 

Baca juga: Bea Cukai dan BNN Tindak 113.657 Gram Ganja dalam Paket Asal Thailand di 2 Lokasi Ini

Selain itu, kinerja pengawasan pun menunjukkan peningkatan jumlah penindakan yang mencapai 21.707 kasus, dengan komoditas utama berupa hasil tembakau, minuman mengandung etil alkohol (MMEA), narkotika, psikotropika, dan prekusor (NPP), tekstil, dan besi baja.

“Capaian positif Bea Cukai dari seluruh sektor tidak lepas dari kontribusi masyarakat. Kami pun akan terus mengoptimalkan kinerja untuk tumbuh positif, sehingga mendorong APBN dalam menjadi motor penggerak stabilitas ekonomi nasional," imbuh Encep.

Baca juga: 178 Penindakan Jadi Capaian Apik Patroli Laut Bea Cukai di Paruh Pertama 2024

Penulis :
Ahmad Munjin