
Pantau - PT PLN (Persero) melalui Unit Induk Distribusi (UID) Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) menambah 14 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sepanjang tahun 2025 sebagai bagian dari komitmen membangun ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB).
SPKLU Tumbuh Pesat, Transaksi Naik 222 Persen
Penambahan SPKLU ini menambah total operasional menjadi 65 unit yang tersebar di 51 lokasi di tiga provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.
General Manager PLN UID Sulselrabar, Edyansyah, menegaskan bahwa PLN memastikan seluruh SPKLU berjalan optimal, aman, dan andal.
"Masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan layanan pengisian kendaraan listrik di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat," ungkapnya.
SPKLU dirancang untuk mendukung mobilitas harian dan perjalanan jarak jauh pengguna kendaraan listrik.
Hingga kuartal ketiga tahun 2025, tercatat 10.369 transaksi pengisian daya, meningkat 222 persen dibandingkan 4.655 transaksi pada tahun 2024.
"PLN juga menyiagakan petugas teknis selama 24 jam serta memastikan pemantauan dapat dilakukan secara real time melalui sistem PLN Mobile," tambahnya.
PLN juga menjalankan Program Stimulus Percepatan Penggunaan KBLBB, antara lain:
Diskon 50 persen untuk biaya penyambungan pasang baru dan tambah daya
Diskon 30 persen untuk pengisian daya di rumah (home charging) selama jam Luar Waktu Beban Puncak (LWBP), yakni pukul 22.00–05.00 WITA
Program ini berlaku dari 1 Juli 2025 hingga 30 Juni 2026.
Home Charging Service Dorong Efisiensi dan Minat Masyarakat
PLN juga mencatat peningkatan pemanfaatan layanan Home Charging Service (HCS), yang memungkinkan pelanggan mengisi daya kendaraan listrik dari rumah tanpa harus ke SPKLU.
Hingga Oktober 2025, tercatat 219 pelanggan di Sulawesi Selatan telah menikmati layanan ini.
"Tingginya jumlah pelanggan menunjukkan antusiasme masyarakat yang semakin besar terhadap penggunaan KBLBB," kata Edyansyah.
Ia menambahkan bahwa kendaraan listrik jauh lebih hemat secara operasional dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.
Biaya operasional kendaraan listrik sekitar Rp200 per kilometer, sedangkan kendaraan konvensional mencapai Rp800 per kilometer.
Salah satu pengguna mobil listrik di Makassar, Asri, menyambut baik perluasan SPKLU di wilayahnya.
"Dengan masifnya SPKLU ini merupakan angin segar bagi kami yang memiliki mobilitas tinggi. Selain itu, sejak menggunakan mobil listrik, pengeluaran operasional saya lebih hemat," ujarnya.
Asri mengungkapkan bahwa sebelumnya ia menghabiskan Rp800 ribu per bulan untuk bahan bakar, namun kini hanya Rp270 ribu per bulan dengan mobil listrik, menghemat Rp530 ribu setiap bulan.
PLN tidak hanya menyediakan infrastruktur, tetapi juga berperan sebagai katalis dalam membangun ekosistem kendaraan listrik nasional.
PLN UID Sulselrabar menegaskan komitmennya mendukung transisi energi bersih dan menyediakan rasa aman serta nyaman bagi masyarakat yang beralih ke kendaraan listrik.
- Penulis :
- Gerry Eka







