Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Swasembada Beras 2025 Jadi Tonggak Sejarah, Pemerintah Diminta Jaga Keberlanjutan dan Sejahterakan Petani

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Swasembada Beras 2025 Jadi Tonggak Sejarah, Pemerintah Diminta Jaga Keberlanjutan dan Sejahterakan Petani
Foto: (Sumber: Foto udara petani memanen padi menggunakan mesin combine harvester di Desa Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (25/11/2025). Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi beras nasional pada 2026 mendatang dapat mencapai 34,77 juta ton sebagai upaya menjaga keberlanjutan swasembada pangan. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/rwa.)

Pantau - Produksi beras Indonesia sepanjang 2025 yang melimpah membuka peluang besar bagi pemerintah untuk menghentikan impor dan memproklamasikan keberhasilan Swasembada Beras 2025 pada awal tahun 2026.

Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo berencana menjadikan momen ini sebagai tonggak sejarah kemandirian pangan nasional.

Swasembada ini dipandang sebagai hasil kerja keras kolektif para petani Indonesia, namun juga menimbulkan tanggung jawab besar untuk menjaga keberlanjutannya agar tak sekadar menjadi pencapaian sesaat.

Produksi Melimpah, Indonesia Surplus Beras

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional tahun 2025 mencapai 34,77 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi hanya sekitar 30,9 juta ton.

Organisasi Pangan Dunia (FAO) bahkan memproyeksikan angka produksi Indonesia berpotensi lebih tinggi.

Produksi pada Januari–Maret 2025 tercatat sebesar 8,67 juta ton, meningkat 52,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Faktor Pendorong Lonjakan Produksi

Lima faktor utama yang mendukung keberhasilan produksi beras 2025 adalah:

Perbaikan infrastruktur irigasi, termasuk program pompanisasi.

Ketersediaan pupuk bersubsidi yang lebih memadai.

Implementasi teknologi pertanian modern.

Perluasan areal tanam.

Mekanisasi pertanian yang mempercepat proses budidaya.

Gabungan faktor ini memperkuat basis produksi nasional dan membuka jalan menuju deklarasi swasembada.

Tantangan Keberlanjutan Swasembada

Meski pencapaian tahun 2025 signifikan, keberlanjutan swasembada menghadapi berbagai tantangan:

Perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, dan ketidakpastian musim.

Alih fungsi lahan menjadi permukiman dan industri.

Degradasi lahan dan keterbatasan sumber daya air.

Ketergantungan pada pupuk kimia yang berdampak jangka panjang.

Distribusi hasil panen yang belum merata.

Pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi yang memengaruhi dinamika pasar.

Menghadapi hal ini, penulis menilai bahwa kebijakan tidak boleh bersifat normatif atau biasa-biasa saja.

Solusi Inovatif dan Teknologi Cerdas

Sejumlah solusi dan terobosan perlu diterapkan agar swasembada beras dapat berkelanjutan, antara lain:

Pertanian presisi, dengan penggunaan drone, sensor, dan kecerdasan buatan.

Sistem irigasi pintar, yang memastikan efisiensi penggunaan air.

Pengembangan varietas padi unggul, tahan iklim dan produktif.

Pertanian vertikal sebagai solusi lahan terbatas.

Teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi rantai pasok beras.

Peran Penting Edukasi dan Kolaborasi

Penulis juga menekankan pentingnya edukasi kepada petani dan masyarakat, termasuk literasi teknologi, manajemen usaha tani, dan mitigasi risiko iklim.

Kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta juga sangat dibutuhkan untuk mendukung investasi di sektor pertanian, termasuk pembangunan infrastruktur seperti jalan tani, gudang, irigasi, dan logistik.

Swasembada harus dipahami bukan hanya sebagai surplus produksi, tapi sebagai ekosistem pangan yang kuat, yakni:

Petani sejahtera

Teknologi relevan

Lingkungan terjaga

Pasar sehat

Harapan untuk Masa Depan Pangan Nasional

Penulis berharap proklamasi swasembada beras di awal 2026 bukanlah akhir, melainkan awal dari kedaulatan pangan nasional yang berkelanjutan.

“Keberlanjutan adalah kunci dari seluruh upaya swasembada,” tulis Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat.

Dengan inovasi, kolaborasi, dan visi jangka panjang, Indonesia dinilai layak optimistis menjaga swasembada beras untuk generasi mendatang.

Penulis :
Gerry Eka