Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Festival Cahaya Thadingyut di Myanmar Jadi Momen Sukacita dan Penghormatan Antar Generasi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Festival Cahaya Thadingyut di Myanmar Jadi Momen Sukacita dan Penghormatan Antar Generasi
Foto: (Sumber: Seorang gadis terlihat di pasar malam Festival Thadingyut di Yangon, Myanmar, 3 Oktober 2025. Dikenal sebagai Festival Cahaya, Thadingyut menandai berakhirnya masa Prapaskah umat Buddha dan merayakan turunnya Sang Buddha dari surga. ANTARA/Xinhua/Myo Kyaw Soe.)

Pantau - Festival Thadingyut, yang dikenal sebagai Festival Cahaya, kembali dirayakan secara khidmat di seluruh Myanmar mulai 5 hingga 7 Oktober 2025, dengan puncaknya bertepatan pada hari bulan purnama Thadingyut, 6 Oktober 2025.

Simbol Keagamaan dan Tradisi Budaya

Thadingyut merupakan salah satu festival keagamaan paling penting di Myanmar.

Festival ini melambangkan momen turunnya Sang Buddha dari surga, sebagaimana disampaikan oleh Arkar Kyaw, direktur Kementerian Agama dan Kebudayaan Myanmar.

"Pada momen ini, rumah, jalan, dan pagoda di seluruh negara diterangi lilin dan lampion, melambangkan turunnya Sang Buddha dari surga, sebuah tradisi yang bermula pada era Bagan", ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa festival ini memiliki makna religius dan budaya yang mendalam bagi seluruh bangsa, di mana keluarga berkumpul, mengunjungi pagoda, menyalakan cahaya, dan memberikan penghormatan kepada para tetua.

Penghormatan, Kebersamaan, dan Warisan Antar Generasi

Daw Mar Mar Nyein (68), seorang pensiunan guru, menjelaskan bahwa Thadingyut merupakan musim syukur dan sukacita yang penuh nilai penghormatan.

"Thadingyut adalah musim syukur dan sukacita. Kita menunjukkan rasa hormat kepada orang tua, tetua, kerabat, dan guru dengan mendoakan mereka, dan sebagai balasannya, para tetua memberikan uang saku kepada mereka yang memberi penghormatan", ujarnya.

Ia juga mengenang tradisi masa kecilnya, "Sejak kecil, kami telah mempraktikkan adat istiadat ini, dengan membungkuk kepada orang tua dan para tetua, mencuci rambut mereka, dan memotong kuku mereka sebagai bentuk penghormatan. Kini, anak-anak saya akan meneruskan tradisi yang sama. Inilah keindahan budaya kami, yang diwariskan dari generasi ke generasi."

Bagi generasi muda, festival ini juga menjadi momen penting untuk mempererat hubungan keluarga.

Phyo Phyo (25) menyampaikan, "Rencana Thadingyut saya sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya akan menyalakan cahaya di rumah dan di sepanjang jalan, serta mendoakan orang tua saya. Saya juga berencana mengunjungi festival pasar yang meriah dan membuat camilan bersama teman-teman di rumah."

Sementara itu, Myat Thu (27) menambahkan, "Kami libur selama Thadingyut, jadi saya akan mengunjungi kampung halaman orang tua saya. Ini seperti acara berkumpul bersama keluarga, itulah mengapa saya sangat menikmati festival ini."

Dari kota-kota sibuk hingga desa-desa kecil, Festival Cahaya menyatukan berbagai generasi, menjaga tradisi budaya Myanmar tetap hidup.

Penulis :
Aditya Yohan