
Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa kerukunan tidak hanya terjadi antarmanusia tetapi juga dengan seluruh ciptaan Tuhan, dan tindakan merusak alam dipandang sebagai bentuk pengkhianatan.
Pesan Kerukunan dan Relasi Manusia dengan Alam
Dalam Dialog Kerukunan Lintas Umat Beragama di Kantor Kemenag Jakarta, ia menyampaikan bahwa kerukunan sejati mencakup hubungan vertikal manusia dengan semesta ciptaan Tuhan serta menjadi panggilan zaman untuk membangun kembali relasi spiritual dengan alam.
"Melukai bumi, merusak air dan udara, hutan sejatinya adalah bentuk pengkhianatan terhadap pesan langit yang dipercayakan kepada manusia sebagai khalifah", ujarnya.
Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa unsur alam seperti gunung dan langit tidak memerlukan sembah, tetapi membutuhkan perlindungan dari kerusakan.
"Kerukunan dengan alam adalah kerukunan tertinggi karena ia adalah refleksi dari keseimbangan batin yang telah tercerahkan", ujarnya.
Ia meminta seluruh umat beragama untuk terus melakukan diskursus mengenai hubungan umat beragama dengan alam yang disebut ekoteologi atau teologi ekologis.
Tujuan dorongan tersebut adalah agar semakin banyak orang menyadari bahwa bumi bukan hanya tempat tinggal melainkan amanah Ilahi.
Kerukunan Nasional dan Pesan Penutup Menag
Menutup pesannya, ia menyatakan bahwa agama adalah cinta dan cinta tidak mengenal sekat.
"Jika engkau benar dalam cintamu maka engkau akan melihat Tuhan dalam wajah setiap apapun. Mari kita lanjutkan tugas suci ini dengan hati yang bersih dan niat yang tulus", ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia menyoroti bahwa kerukunan antarumat beragama di Indonesia mendapat perhatian dari berbagai pihak dan menjadikan Indonesia sebagai rumah bagi kerukunan global di masa depan.
Hal tersebut menurutnya terjadi karena cara bangsa Indonesia merawat kerukunan sebagai ekspresi iman dan nilai hidup bersama.
"Izinkan saya menyampaikan dengan yakin Indonesia adalah rumah masa depan bagi kerukunan global. Rumah yang dibangun bukan dengan bata dan semen tetapi dengan kepercayaan, penghargaan, dan pengakuan atas martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan", ujarnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan







