
Pantau - Jimbaran Hijau, pengembang kawasan terpadu asal Bali, mewakili Indonesia dalam ajang Luxury Property Showcase (LPS) Shanghai 2025 dengan misi memperkenalkan pendekatan investasi berkelanjutan berbasis budaya dan pelestarian lingkungan.
Misi Budaya dan ESG Jadi Daya Tarik Investor
Acara ini berlangsung pada awal Desember 2025 di Shanghai Exhibition Center, Tiongkok, dan dihadiri berbagai investor internasional.
Kehadiran Jimbaran Hijau menandai upaya Indonesia memperluas diplomasi investasi, khususnya dari Bali sebagai destinasi premium.
Head of Investment and Business Development Jimbaran Hijau, Tavan Dutton, menjelaskan bahwa minat investor kini mulai bergeser.
"Minat yang muncul bukan hanya soal potensi finansial Bali sebagai destinasi premium, tetapi juga bagaimana sebuah proyek dikelola secara bertanggung jawab dan selaras dengan karakter lokal," ungkapnya.
Investor global kini lebih memperhatikan proyek yang menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai fondasi pengembangan jangka panjang.
Pendekatan berbasis budaya juga dipandang sebagai pembeda utama di tengah persaingan kawasan tropis di Asia Tenggara.
Filosofi Tri Hita Karana Jadi Landasan Pembangunan
Founder dan CEO Jimbaran Hijau, Putu Agung Prianta, menegaskan bahwa keikutsertaan pihaknya di LPS Shanghai bukan hanya membawa kepentingan bisnis, tapi juga membawa misi budaya.
"Kami memperkenalkan filosofi Tri Hita Karana sebagai fondasi pengembangan kawasan. Pembangunan modern di Bali harus menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan budaya," ujarnya.
Dalam pameran tersebut, Jimbaran Hijau menampilkan proyek-proyek unggulan seperti Raffles Bali, Natadesa Resort Residence, dan Jimbaran Hub.
Presentasi difokuskan pada konsep pembangunan yang berbasis komunitas, pemulihan lingkungan, dan tata kelola kawasan yang berorientasi jangka panjang.
Partisipasi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang mendorong investasi berkualitas, khususnya dalam sektor pariwisata berkelanjutan.
Ajang ini juga membuka peluang kerja sama strategis dengan investor global yang memiliki visi pembangunan berkelanjutan dan berbasis nilai-nilai budaya.
"Respons investor menunjukkan bahwa prinsip ini semakin dipahami dan dihargai secara global," ujar Tavan Dutton menutup presentasinya.
- Penulis :
- Gerry Eka




