
Pantau.com - Sebuah pengadilan di India Selatan pada hari Selasa (24/5/2022) waktu setempat, menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara kepada pria bernama Kiran Kumar karena telah melecehkan istrinya atas mahar pernikahan mereka, yang menyebabkan Istrinya tewas bunuh diri.
Pengadilan distrik di negara bagian Kerala menyatakan Kiran Kumar bersalah di bawah undang-undang "mahar kematian" India.
Dengan undang-undang tersebut, suami yang menyebabkan kematian istrinya dalam tujuh tahun pertama pernikahan karena mahar pernikahan, dapat dituntut.
Mahar, yang sebenarnya ilegal tetapi umum di India, adalah hadiah pernikahan yang diberikan oleh keluarga pengantin wanita kepada keluarga pengantin pria.
Kumar mengaku tidak bersalah atas kematian istrinya, Vismaya Nair.
Mereka menikah selama lebih dari satu tahun, sebelum Nair ditemukan tewas di kamar mandi rumah keluarga suaminya di Kerala, Juni lalu.
Menurut dokumen pengadilan, Keluarga Nair setuju untuk memberikan Kumar 100 emas, satu hektar tanah, dan sebuah mobil sebagai mas kawin
Keluarga Nair telah setuju untuk memberikan Kumar 100 emas, satu hektar tanah, dan sebuah mobil sebagai mas kawin.
Namun, Kumar tidak senang dengan model mobil yang diberikan dan menuntut untuk diberikan lebih banyak uang.
Putusan itu juga menyebutkan bahwa Kumar secara fisik dan verbal kasar terhadap Nair.
"Dia (Nair) telah kehilangan semangat dalam hidup. Dia sangat putus asa. Perasaan putus asa menguasai dirinya. Dia dilecehkan karena mahar sesaat sebelum kematiannya," kata putusan pengadilan.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN tahun lalu, kakak laki-laki Nair, Vijith, mengatakan bahwa Kumar telah membatasi penggunaan media sosial saudara perempuannya dan mencegahnya menelepon orang tuanya, bahkan menghentikannya untuk bepergian "karena mas kawin ini," sebut Vijith.
"Kami memberinya mobil yang bagus, tetapi dia tidak berhenti menuntut mobil yang lebih besar dan lebih mahal," katanya.
Vijith menggambarkan Nair sebagai orang yang "cerdas dan berani" yang "suka menari."
Meskipun dilarang di bawah Undang-Undang Larangan Mahar 1961, sistem mahar India tetap mengakar kuat di masyarakat dan telah dikaitkan dengan kekerasan terhadap perempuan.
Pada 1980-an, anggota parlemen mengeluarkan undang-undang pidana India yang memungkinkan pihak berwenang untuk menuntut laki-laki atau anggota keluarga mereka atas kasus "mahar kematian."
Dalam kasus bunuh diri, tuduhan ini juga dapat dilakukan. Orang yang diduga menjadi pemicu bunuh diri korban dapat dihukum dengan hukuman penjara mulai dari tujuh tahun hingga seumur hidup.
Pada tahun 2020, negara itu mencatat lebih dari 10.000 pengaduan tentang mahar dan hampir 7.000 kematian karena mahar, menurut Biro Catatan Kejahatan Nasional India.
Kerala, tempat Nair meninggal, memiliki tingkat melek huruf tertinggi untuk pria dan wanita di India, dan umumnya dianggap sebagai negara bagian yang progresif.
Namun, Kerala juga menunjukkan inflasi mahar yang mencolok dan terus-menerus sejak tahun 1970-an, hingga memiliki mahar rata-rata tertinggi baru-baru ini, menurut laporan Bank Dunia yang dirilis Juni lalu, demikian dilansir dari CNN, Rabu (25/5/2022).
Pengadilan distrik di negara bagian Kerala menyatakan Kiran Kumar bersalah di bawah undang-undang "mahar kematian" India.
Dengan undang-undang tersebut, suami yang menyebabkan kematian istrinya dalam tujuh tahun pertama pernikahan karena mahar pernikahan, dapat dituntut.
Mahar, yang sebenarnya ilegal tetapi umum di India, adalah hadiah pernikahan yang diberikan oleh keluarga pengantin wanita kepada keluarga pengantin pria.
Kumar mengaku tidak bersalah atas kematian istrinya, Vismaya Nair.
Mereka menikah selama lebih dari satu tahun, sebelum Nair ditemukan tewas di kamar mandi rumah keluarga suaminya di Kerala, Juni lalu.
Menurut dokumen pengadilan, Keluarga Nair setuju untuk memberikan Kumar 100 emas, satu hektar tanah, dan sebuah mobil sebagai mas kawin
Keluarga Nair telah setuju untuk memberikan Kumar 100 emas, satu hektar tanah, dan sebuah mobil sebagai mas kawin.
Namun, Kumar tidak senang dengan model mobil yang diberikan dan menuntut untuk diberikan lebih banyak uang.
Putusan itu juga menyebutkan bahwa Kumar secara fisik dan verbal kasar terhadap Nair.
"Dia (Nair) telah kehilangan semangat dalam hidup. Dia sangat putus asa. Perasaan putus asa menguasai dirinya. Dia dilecehkan karena mahar sesaat sebelum kematiannya," kata putusan pengadilan.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN tahun lalu, kakak laki-laki Nair, Vijith, mengatakan bahwa Kumar telah membatasi penggunaan media sosial saudara perempuannya dan mencegahnya menelepon orang tuanya, bahkan menghentikannya untuk bepergian "karena mas kawin ini," sebut Vijith.
"Kami memberinya mobil yang bagus, tetapi dia tidak berhenti menuntut mobil yang lebih besar dan lebih mahal," katanya.
Vijith menggambarkan Nair sebagai orang yang "cerdas dan berani" yang "suka menari."
Meskipun dilarang di bawah Undang-Undang Larangan Mahar 1961, sistem mahar India tetap mengakar kuat di masyarakat dan telah dikaitkan dengan kekerasan terhadap perempuan.
Pada 1980-an, anggota parlemen mengeluarkan undang-undang pidana India yang memungkinkan pihak berwenang untuk menuntut laki-laki atau anggota keluarga mereka atas kasus "mahar kematian."
Dalam kasus bunuh diri, tuduhan ini juga dapat dilakukan. Orang yang diduga menjadi pemicu bunuh diri korban dapat dihukum dengan hukuman penjara mulai dari tujuh tahun hingga seumur hidup.
Pada tahun 2020, negara itu mencatat lebih dari 10.000 pengaduan tentang mahar dan hampir 7.000 kematian karena mahar, menurut Biro Catatan Kejahatan Nasional India.
Kerala, tempat Nair meninggal, memiliki tingkat melek huruf tertinggi untuk pria dan wanita di India, dan umumnya dianggap sebagai negara bagian yang progresif.
Namun, Kerala juga menunjukkan inflasi mahar yang mencolok dan terus-menerus sejak tahun 1970-an, hingga memiliki mahar rata-rata tertinggi baru-baru ini, menurut laporan Bank Dunia yang dirilis Juni lalu, demikian dilansir dari CNN, Rabu (25/5/2022).
- Penulis :
- St Fatiha Sakinah Ramadhani