
Pantau - Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyatakan bahwa Iran memiliki kemampuan teknologi dan kapasitas industri yang cukup untuk membangun kembali infrastruktur nuklirnya usai serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama pada 22 Juni lalu.
“Rekonstruksi infrastruktur bukanlah hal yang mustahil. Pertama, ada beberapa fasilitas nuklir yang selamat dari serangan, dan kemudian ini adalah pekerjaan yang dapat dilakukan Iran. Ini akan memakan waktu,” ungkap Grossi dalam konferensi pers bersama Kanselir Austria, Christian Stocker.
Grossi menekankan bahwa keterlibatan komunitas internasional dengan Iran tetap penting, serta diperlukan solusi jangka panjang untuk menangani persoalan program nuklir Iran.
“Bagaimanapun, pengetahuan teknologi sudah ada dan kapasitas industri sudah ada, yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Jadi, kita perlu bekerja sama dengan mereka,” imbuhnya.
Eskalasi Serangan dan Upaya Gencatan Senjata
Serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran—termasuk Natanz, Fordow, dan Isfahan—dilancarkan oleh AS sebagai kelanjutan dari konflik memanas antara Israel dan Iran.
Sebelumnya, pada 13 Juni, Israel melakukan operasi militer besar terhadap Iran dengan tuduhan bahwa Teheran mengembangkan program nuklir militer rahasia. Sebagai balasan, Iran meluncurkan Operasi True Promise 3 yang menargetkan sejumlah titik militer di wilayah Israel.
Setelah serangan AS pada 22 Juni, Presiden Donald Trump menekan Iran untuk menyetujui gencatan senjata, dengan peringatan akan konsekuensi lebih serius. Menanggapi hal itu, Iran meluncurkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar pada 23 Juni malam.
Namun, pada hari yang sama, Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah menyetujui gencatan senjata, yang resmi berlaku mulai 24 Juni.
Iran Bantah Program Nuklir Militer
Meski dituduh memiliki ambisi militer dalam program nuklirnya, Iran secara konsisten membantah tuduhan tersebut. IAEA dan intelijen Amerika Serikat menyatakan tidak ada bukti konkret bahwa Iran sedang aktif mengembangkan senjata nuklir.
Dalam wawancara terpisah, mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan sekaligus aktivis HAM, Craig Murray, menyatakan bahwa Iran telah menunjukkan sikap yang bertanggung jawab dan penuh kesabaran.
“Iran telah sangat bertanggung jawab dan sabar selama beberapa tahun terakhir, terlepas dari tindakan Israel,” ujarnya kepada RIA Novosti.
Ketegangan di kawasan masih tinggi meskipun gencatan senjata saat ini berjalan, dengan komunitas internasional terus memantau upaya diplomatik untuk mencegah konflik bereskalasi kembali.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf