billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Konsep Identitas Diri dan Keterasingan dalam Novel Metamorfosis Karya Franz Kafka

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Konsep Identitas Diri dan Keterasingan dalam Novel Metamorfosis Karya Franz Kafka
Foto: Novel Metamorfosis karya Franz Kafka. (instagram.com/penerbitkakatua)

Pantau - Saat mendengar kata “Metamorfosis”, yang ada dalam pikiran kebayakan orang adalah ulat berkembang menjadi kupu-kupu. Namun, dalam dunia sastra, metamorfosis paling terkenal adalah kisah mengerikan tentang seorang manusia yang berubah menjadi serangga. 

Novel “Metamorfosis” (1915) karya Franz Kafka adalah karya fiksi sastra transformatif yang awalnya ditulis dan diterbitkan dalam bahasa Jerman dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Mengisahkan tokoh bernama Gregor Samsa, yang pada suatu hari terbangun dan menemukan bahwa ia telah berubah menjadi hama yang mengerikan. Franz Kafka dikenal karena cerita pendek dan novelnya yang absurd dan eksistensial yang akan memengaruhi banyak penulis di masa depan. 

Novel “Metamorfosis” adalah sebuah kisah alegoris realis magis yang menyentuh tema paling penting bagi kita semua, yaitu perjuangan untuk menemukan dan mengekspresikan identitas seseorang di dunia yang penuh dengan kewajiban yang selalu ada dan menyita banyak waktu. Dengan pesan bahwa kadang-kadang dunia yang kita tinggali membuat identitas tersebut tidak dapat diungkapkan dan dipahami.

Novel ini dibuka dengan skenario yang terdengar tidak masuk akal. Protagonis cerita ini, Gregor Samsa, terbangun pada suatu pagi dan mendapati dirinya bermetamorfosis menjadi serangga raksasa dalam semalam. Namun yang mengherankan, reaksi Gregor Samsa bukanlah kaget atau ngeri. Sebaliknya, dia menyebut wujud barunya sebagai “omong kosong”, dan segera berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dari tempat tidur agar dia dapat memulai harinya, seolah-olah sama seperti hari lainnya.

Reaksi Gregor saat itu sarat dengan makna simbolis. Saat dia mencoba bangkit dari tempat tidur dan berseru “Ya Tuhan!” ternyata tidak ada hubungannya dengan bentuk tubuh barunya. Meskipun telah berubah menjadi makhluk mirip serangga, ia begitu sibuk dengan pekerjaannya dan memikirkan untuk melunasi utang orang tuanya sehingga dia tidak dapat mengkhawatirkan perubahan bentuk tubuhnya. 

Baca juga: Surat Franz Kafka akan Dilelang 100 Tahun Setelah Kematiannya

Satu-satunya pemikirannya adalah bagaimana dia bisa mulai bekerja dan mengembalikan kondisi finansial keluarganya. Pemikiran ini terus berlanjut hingga ia merasa kehadirannya hanya sebagai pemberi nafkah, bukan sebagai saudara, sahabat, atau anak.

Gregor sepanjang novel dikurung di kamar tidurnya karena keluarganya menganggapnya menjijikkan untuk melihatnya. Keterasingan adalah salah satu tema utama novel “Metamorfosis”. Hal ini paling mudah dilihat melalui efek transformasi Gregor. Setelah transformasinya menjadi serangga besar, Gregor menantikan kontak manusia dan merindukan salah satu anggota keluarganya untuk masuk ke kamarnya atau bahkan sekadar berbicara dengannya melalui lubang pintu. 

Namun, seiring berjalannya waktu keluarga Gregor semakin bosan merawat Gregor. Gregor semakin mengucilkan dirinya sendiri. Agar adiknya tidak merasa jijik atau takut padanya, Gregor bersembunyi di bawah sofa setiap kali adiknya memasuki kamar. Keterasingan fisik ini memang terjadi setelah transformasi Gregor, namun keterasingan juga kerap dirasakan Gregor sebelum transformasinya, terutama dalam lingkup pekerjaannya. 

Kekhawatiran utama Gregor bukanlah bentuk tubuhnya yang berubah, ia hanya takut terlambat bekerja, tindakan selanjutnya menunjukkan bagaimana keluarganya mengabaikan dan menolak Gregor dalam bentuk serangga. Ketika keluarganya perlahan-lahan melupakan Gregor, kondisi Gregor memburuk hingga perselisihan dengan ayahnya membuat dia sakit. Gregor meninggal suatu pagi, dan keluarganya merasa lega karena mereka dapat membuat rencana baru dan hidup baru tanpa mempedulikan Gregor.

Kita dapat memetik pelajaran dari rangkaian peristiwa pembuka ini bahwa Kafka menghadirkan Gregor Samsa sebagai seorang pria yang sepenuhnya dikendalikan oleh kewajiban hidupnya sehingga identitasnya sendiri hilang begitu saja. Memang benar, Kafka mempertahankan pesan ini dengan mempertahankan selubung misteri seputar apa yang telah terjadi pada Gregor. 

Gregor Samsa ditampilkan sebagai “hama”, dan “serangga”, namun pembaca tidak pernah mengetahui secara pasti serangga jenis apa. Faktanya, Kafka sengaja bersikap ambigu, dengan menulis surat kepada editornya sebelum dipublikasikan bahwa “serangga tidak boleh digambar,” agar pembaca memiliki gambarannya sendiri. 

Kafka juga memanfaatkan ironi di sepanjang cerita. Ironi dramatis terjadi di awal ketika hanya pembaca dan Gregor yang menyadari bahwa Gregor telah berubah menjadi serangga raksasa. Keluarganya memohon kepada Gregor untuk membuka pintu, tanpa mengetahui transformasi yang telah dia alami. Manajer Gregor datang dan menghibur keluarga tersebut dengan pidato panjang lebar tentang harapannya yang tinggi terhadap Gregor dan kekecewaannya karena Gregor terlambat, tidak mengetahui bahwa Gregor tidak lagi berada dalam tubuh manusia. 

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani

Terpopuler