
Pantau - Perusahaan biofarmasi global AstraZeneca mengumumkan tiga kemajuan penting dalam pengobatan kanker stadium awal dengan fokus pada kanker paru, gastrointestinal, dan payudara, dalam ajang ESMO Asia 2025 yang digelar di Singapura pada Senin (15/12/2025).
Melalui kolaborasi dengan tenaga kesehatan, pembuat kebijakan, dan komunitas pasien, AstraZeneca berkomitmen menghadirkan terapi kanker berbasis bukti ilmiah yang dapat diakses lebih merata di Asia.
"Kami bekerja sama dengan para tenaga kesehatan, pembuat kebijakan, dan komunitas pasien untuk menerjemahkan bukti klinis menjadi akses yang lebih merata, sehingga lebih banyak pasien dapat menerima terapi yang tepat pada waktu yang tepat," tulis pernyataan resmi AstraZeneca.
Kanker Paru: Terobosan EGFR-TKI dan Pendekatan Kombinasi Inovatif
AstraZeneca menyoroti bahwa kanker paru, khususnya jenis non-small cell lung cancer (NSCLC), masih menjadi beban kesehatan besar di Asia.
Mutasi EGFR ditemukan lebih sering pada pasien Asia dibandingkan negara-negara Barat.
Penggunaan EGFR-TKI (epidermal growth factor receptor-tyrosine kinase inhibitor) sebagai terapi neoadjuvan, baik tunggal maupun kombinasi dengan kemoterapi, terbukti meningkatkan respons patologis sekaligus mempertahankan kualitas hidup pasien.
Pada pasien kanker paru stadium III yang tidak dapat dioperasi, EGFR-TKI dalam rangkaian peri-kemoradiasi memberikan respons tinggi dan dapat ditoleransi dengan baik.
Sementara itu, untuk pasien yang mengalami progresi akibat amplifikasi atau overekspresi MET—yang lebih umum terjadi di Asia—kombinasi EGFR-TKI dengan inhibitor MET menghasilkan respons signifikan dan tahan lama.
Kanker Gastrointestinal: Imunoterapi Meningkatkan Kelangsungan Hidup
Lebih dari 50% kasus kanker gastrointestinal ditemukan di Asia, menjadikan wilayah ini sebagai fokus utama dalam pengembangan terapi.
Pada kanker lambung dan gastroesophageal junction stadium awal hingga lanjut lokal, kombinasi imunoterapi dan kemoterapi terbukti meningkatkan kelangsungan hidup keseluruhan (overall survival) dan waktu bebas kekambuhan (event-free survival).
Efektivitas yang sama juga terlihat pada pasien Asia, meskipun umumnya memiliki kondisi penyakit yang lebih kompleks.
Untuk kanker hati stadium lanjut, khususnya di negara dengan prevalensi hepatitis B yang tinggi, penggunaan kombinasi imunoterapi berhasil meningkatkan kelangsungan hidup hingga lima tahun.
Kanker Payudara: Terapi ADC Unggul pada Pasien Asia Berprofil Risiko Tinggi
Di Asia, kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada usia 40–50 tahun—lebih muda dibandingkan pasien di negara Barat—yang menunjukkan profil klinis lebih kompleks.
Pada pasien kanker payudara metastatik triple-negative yang tidak memenuhi syarat untuk imunoterapi, terapi ADC (antibody-drug conjugate) terbukti meningkatkan harapan hidup dan mengendalikan progresi penyakit dengan efek samping yang masih dapat ditoleransi.
Sementara pada kanker payudara metastatik HER2-positif, kombinasi ADC dan terapi target antibodi monoklonal secara signifikan memperlambat perkembangan penyakit, termasuk pada populasi Asia.
Untuk pasien dengan kanker payudara HER2-positif stadium awal berisiko tinggi, pemberian ADC praoperatif sebelum terapi kombinasi standar (kemoterapi dan terapi target) meningkatkan jumlah pasien yang mencapai pathologic complete response dan tetap memungkinkan dilakukan pembedahan.
Dengan hasil ini, AstraZeneca memperkuat posisinya dalam pengembangan terapi kanker berbasis pendekatan personalisasi yang mempertimbangkan karakteristik genetik dan epidemiologi spesifik populasi Asia.
- Penulis :
- Aditya Yohan







